Judul:
Perumpamaan tentang Talenta
Teks: Matius 25:14-30
Prolog:
Selamat Malam, Salam Sejahtera bagi kita semua.
Kembali berjumpa bersama saya Anton, pada malam ini kita akan mendengar
renungan Firman Tuhan mengenai perumpamaan tentang talenta yang diambil dari
kita Matius 25:14-30; Saya akan bacakan untuk kita semua...
Matius 25:14-30 (TB)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian
ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada
mereka.
Renungan:
Nats yang kita baca merupakan perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus
kepada murid-murid-Nya. Yesus mengumpamakan Kerajaan Sorga sama seperti
seseorang yang akan pergi ke luar negeri. Dia memanggil hamba-hamba dan
memberikan masing-masing hambanya 5 talenta, 2 talenta, dan satu talenta
menurut kemampuan masing-masing hambanya.
Makna perumpamaan:
Tuan = Kristus
Hamba = orang percaya
Talenta = karunia Tuhan
Berbicara mengenai talenta, maka kita harus mengetahui apakah
talenta itu? Talenta merupakan satuan berat dan mata uang pada zaman kuno di
Roma, Yunani, dan Timur Tengah. Di PL, talenta digunakan untuk mengukur berat
logam mulia seperti emas dan perak, sementara di PB banyak digunakan untuk mata
uang. Satu talenta sekitar 34 kg, atau 6.000 dinar. (Dinar = Mata uang Romawi
senilai upah harian seorang buruh). Jika upah sehari = Rp 50rb, maka 1 talenta/
6000 dinar = Rp 300 jt. Suatu jumlah yg sangat besar.
Tuan dalam perumpamaan ini memahami betul akan masing2 hambanya,
sehingga ia mempercayakan talenta berdasarkan kemampuan masing2 hambanya. Dari
ketiga hamba yang diberikan kepercayaan untuk menjalankan talenta, 2 hamba
setia menjalankan talentanya, namun hamba ketiga tidak menjalankan talentanya
justru menguburkannya.
Hamba pertama diberi 5 talenta dan berhasil mendapat keuntungan 5
talenta. Hamba kedua pun demikian, ia mendapat 2 talenta dan mendapatkan untung
2 talenta. Setelah
mengerjakan harta yang dipercayakan hamba pertama mendapatkan 5 talenta dan
hamba kedua menghasilkan 2 talenta, berbeda secara jumlah secara signifikan
dengan hamba yang pertama.
Pada waktu tuan mereka datang kembali, ia membuat perhitungan dengan hamba-hambanya. Hamba pertama dan kedua menghadap dengan membawa talenta yang dipercayakan kepada mereka beserta dengan labanya. Jadi hamba pertama membawa 10 talenta dan hamba kedua 4 talenta. Apa respon tuan mereka? Dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh tuan tersebut klausa terpenting yang memberikan pesan kunci tentang apa yang telah dikerjakan oleh hamba-hamba tersebut adalah “hamba yang baik dan setia.” Kata “baik dan setia” tidak bisa dipisahkan karena kedua kata tersebut mempunyai pesan yang sama. Baik yang dimaksud adalah karena mereka setia kepada perkara yang dipercayakan kepada mereka. Tuan tersebut mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara kecil karena ia akan mempercayakan mereka perkara yang besar. Sikap setia pada perkara kecil adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan mereka mendapatkan buah yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara besar. Baik hamba pertama dan hamba kedua mendapatkan kepercayaan perkara besar yang sama.
Pada waktu tuan mereka datang kembali, ia membuat perhitungan dengan hamba-hambanya. Hamba pertama dan kedua menghadap dengan membawa talenta yang dipercayakan kepada mereka beserta dengan labanya. Jadi hamba pertama membawa 10 talenta dan hamba kedua 4 talenta. Apa respon tuan mereka? Dari seluruh kalimat yang diucapkan oleh tuan tersebut klausa terpenting yang memberikan pesan kunci tentang apa yang telah dikerjakan oleh hamba-hamba tersebut adalah “hamba yang baik dan setia.” Kata “baik dan setia” tidak bisa dipisahkan karena kedua kata tersebut mempunyai pesan yang sama. Baik yang dimaksud adalah karena mereka setia kepada perkara yang dipercayakan kepada mereka. Tuan tersebut mengatakan bahwa perkara itu adalah perkara kecil karena ia akan mempercayakan mereka perkara yang besar. Sikap setia pada perkara kecil adalah sikap yang baik. Kesetiaan dan kebaikan mereka mendapatkan buah yang lain yaitu kepercayaan untuk perkara-perkara besar. Baik hamba pertama dan hamba kedua mendapatkan kepercayaan perkara besar yang sama.
Hamba ketiga (24-27)
Tidak seperti hamba pertama dan kedua, hamba ketiga ini tidak pergi menjalankan 1 talenta yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya ia pergi menggali lobang dan menyimpan talentanya di dalam tanah sehingga talenta itu tidak berlaba, jumlahnya tetap sama. Pada waktu tuannya datang, yang lain mengembalikan 2x lipat, ia hanya mengembalikan sejumlah yang diberikan oleh tuannya. Mengapa hamba ketiga gagal dalam kepercayaan yang diberikan kepadanya? Jawabannya tersirat dalam jawabannya hamba ketiga ini dan respon tuannya.
Berbeda dengan dua hamba yang lain, hamba ketiga tidak memulai dialog dengan menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah dipercayakan tuannya itu kepadanya. Ia justru memulainya dengan memberikan sebuah pembenaran atas apa yang sudah ia lakukan terhadap talenta yang dipercayakan kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia tahu bahwa tuannya itu adalah seorang yang kejam skleros. Kata yang hanya digunakan oleh Matius. Kejam yang dimaksud oleh hamba ketiga ini lebih lanjut dijelaskan dalam 2 hal. Tuan itu kejam karena dia (a) menuai di tempat di mana tuan tidak menabur, dan (b) memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Jika diperhatikan dengan seksama sebenarnya kedua klausa ini memiliki arti yang sinonim karena kata-kata yang digunakan bersifat paralel; menuai = memungut, menabur = menanam. Ia salah mengerti mengenai tuannya. Ia tidak mengenal siapa tuannya dan apa maksud tuannya mempercayakan harta 1 talenta itu kepadanya. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menanam saja uang tersebut dan kemudian mengembalikan talenta itu utuh kepada tuannya, tidak kurang dan tidak lebih. Ia melihat tuannya itu sebagai tuan yang kejam, yang bersikap picik dan hanya memanfaatkan dirinya, itulah sebabnya ia tidak mengerjakannya. Perumpamaan ini tidak mengatakan bahwa hamba ketiga ini iri hati kepada 2 hamba yang lain karena mereka diberikan lebih banyak dari pada dirinya. Jadi kegagalan hamba ketiga ini bukan disebabkan karena ia tidak puas dengan pembagian 5, 2 dan 1.
Hamba ketiga gagal melabakan talenta yang diberikan kepadanya. Jika hamba ketiga tidak bisa menghasilkan 1 talenta dari apa yang diharapkan dari padanya, apakah tuannya kurang mengenal hamba tersebut sehingga salah perhitungan dengan memberikannya 1 talenta? Jawabannya adalah sebaliknya! Hamba ketiga ini sebenarnya mampu menghasilkan laba 1 talenta lagi sehingga sepulangnya tuan mereka dari perjalanan ia memiliki 2 talenta di tangan. Kemampuannya 1 talenta tetapi menghasilkan 0, maka tuannya mengatakan “engkau hamba yang jahat dan malas.” Sama seperti kasus dua hamba yang lain, kata jahat dan malas merupakan satu kesatuan, jahat berarti ia malas mengerjakan apa yang dipercayakan kepadanya. Ia tidak perlu menghasilkan 5 atau 2 talenta, tuannya tidak meminta sejumlah demikian. Ia diberikan 1 karena ia PASTI mampu menghasilkan 1 talenta lagi, di mata tuannya hamba ketiga ini adalah hamba yang malas tidak dapat dipercaya, tidak mau maksimal oleh karena itu ia tidak akan dipercayakan perkara-perkara yang besar karena hanya dengan perkara yang kecil saja ia tidak setia mengerjakannya. Atas ketidak setiaan hamba ketiga ini, ia mendapat hukuman dari tuannya.
Tidak seperti hamba pertama dan kedua, hamba ketiga ini tidak pergi menjalankan 1 talenta yang dipercayakan kepadanya. Sebaliknya ia pergi menggali lobang dan menyimpan talentanya di dalam tanah sehingga talenta itu tidak berlaba, jumlahnya tetap sama. Pada waktu tuannya datang, yang lain mengembalikan 2x lipat, ia hanya mengembalikan sejumlah yang diberikan oleh tuannya. Mengapa hamba ketiga gagal dalam kepercayaan yang diberikan kepadanya? Jawabannya tersirat dalam jawabannya hamba ketiga ini dan respon tuannya.
Berbeda dengan dua hamba yang lain, hamba ketiga tidak memulai dialog dengan menjelaskan bagaimana keberadaan harta yang telah dipercayakan tuannya itu kepadanya. Ia justru memulainya dengan memberikan sebuah pembenaran atas apa yang sudah ia lakukan terhadap talenta yang dipercayakan kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia tahu bahwa tuannya itu adalah seorang yang kejam skleros. Kata yang hanya digunakan oleh Matius. Kejam yang dimaksud oleh hamba ketiga ini lebih lanjut dijelaskan dalam 2 hal. Tuan itu kejam karena dia (a) menuai di tempat di mana tuan tidak menabur, dan (b) memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Jika diperhatikan dengan seksama sebenarnya kedua klausa ini memiliki arti yang sinonim karena kata-kata yang digunakan bersifat paralel; menuai = memungut, menabur = menanam. Ia salah mengerti mengenai tuannya. Ia tidak mengenal siapa tuannya dan apa maksud tuannya mempercayakan harta 1 talenta itu kepadanya. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menanam saja uang tersebut dan kemudian mengembalikan talenta itu utuh kepada tuannya, tidak kurang dan tidak lebih. Ia melihat tuannya itu sebagai tuan yang kejam, yang bersikap picik dan hanya memanfaatkan dirinya, itulah sebabnya ia tidak mengerjakannya. Perumpamaan ini tidak mengatakan bahwa hamba ketiga ini iri hati kepada 2 hamba yang lain karena mereka diberikan lebih banyak dari pada dirinya. Jadi kegagalan hamba ketiga ini bukan disebabkan karena ia tidak puas dengan pembagian 5, 2 dan 1.
Hamba ketiga gagal melabakan talenta yang diberikan kepadanya. Jika hamba ketiga tidak bisa menghasilkan 1 talenta dari apa yang diharapkan dari padanya, apakah tuannya kurang mengenal hamba tersebut sehingga salah perhitungan dengan memberikannya 1 talenta? Jawabannya adalah sebaliknya! Hamba ketiga ini sebenarnya mampu menghasilkan laba 1 talenta lagi sehingga sepulangnya tuan mereka dari perjalanan ia memiliki 2 talenta di tangan. Kemampuannya 1 talenta tetapi menghasilkan 0, maka tuannya mengatakan “engkau hamba yang jahat dan malas.” Sama seperti kasus dua hamba yang lain, kata jahat dan malas merupakan satu kesatuan, jahat berarti ia malas mengerjakan apa yang dipercayakan kepadanya. Ia tidak perlu menghasilkan 5 atau 2 talenta, tuannya tidak meminta sejumlah demikian. Ia diberikan 1 karena ia PASTI mampu menghasilkan 1 talenta lagi, di mata tuannya hamba ketiga ini adalah hamba yang malas tidak dapat dipercaya, tidak mau maksimal oleh karena itu ia tidak akan dipercayakan perkara-perkara yang besar karena hanya dengan perkara yang kecil saja ia tidak setia mengerjakannya. Atas ketidak setiaan hamba ketiga ini, ia mendapat hukuman dari tuannya.
Sejak awal, pada waktu ia pergi,
tuan itu telah merencanakan untuk memberikan kepercayaan yang besar kepada
hamba-hambanya. Dipercayakan 5, 2 dan 1 talenta adalah perkara kecil, meskipun
secara nilai, harta sejumlah itu sangat besar. Mengelola dan mengerjakan
talenta-talenta itu adalah ujian apakah mereka layak untuk mendapatkan atau
dipercayakan perkara-perkara yang besar. Yang dituntut bukanlah angka tetapi
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dua hamba pertama menunjukkan kualitas
diri mereka bahwa mereka adalah hamba-hamaba yang baik dan setia, mereka mampu
menghasilkan talenta sejumlah kemampuan mereka.
Apabila semua hamba dipercayakan sama banyak, misalnya masing-masing diberikan 10 talenta, apakah ketiga hamba itu akan menghasilkan masing-masing 10 talenta? Jawabannya “tidak.” Karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa tuan mereka memberikan talenta-talenta itu berdasarkan kemampuan mereka untuk mengelolanya. Hamba pertama diberikan 5 talenta karena kemampuannya adalah menghasilkan laba 5 talenta, jika ia dipercayakan kurang dari 5 talenta maka ia tidak akan maksimal. Demikian pula halnya dengan hamba kedua dipercayakan 2 talenta karena dengan jumlah demikian ia bisa maksimal, yakni menghasilkan 2.
Sejumlah talenta yang dipercayakan ini bukanlah berbicara mengenai uang atau harta semata melainkan tentang kesetiaan dalam kepelayanan hamba-hamba tersebut kepada tuan mereka. Pesan perumpamaan secara keseluruhan adalah BERBUAH dan BERTANGGUNG JAWAB atas semua yang Tuhan percayakan baik itu waktu, kemampuan, uang, dsb. Semuanya itu Allah berikan supaya orang-orang percaya menggunakannya sebaik mungkin bagi kemuliaan Allah.
Konsep talenta ini seharusnya membuat orang-orang percaya tidak saling cemburu karena beberapa orang mengerjakan banyak perkara yang besar sementara sebagian lagi hanya mengerjakan pekerjaan yang sederhana. Sebagian orang Kristen diberikan karunia yang luar biasa sehingga mereka dapat melakukan banyak hal dengan sangat baik tetapi sebagian lagi hanya bisa mengerjakan sedikit. Tuhan SELALU memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan orang tersebut untuk mengerjakannya dengan baik. Oleh karena itu orang yang dipercayakan banyak harus bekerja lebih keras dan orang-orang yang dipercayakan hanya sedikit tidak boleh merasa diri kecil. Setiap orang memiliki bagiannya sendiri-sendiri karena itu setiap orang percaya harus menggumulkan apa yang menjadi bagiannya dan mengerjakannya dengan setia sampai waktu yang dipercayakan itu selesai.
Apabila semua hamba dipercayakan sama banyak, misalnya masing-masing diberikan 10 talenta, apakah ketiga hamba itu akan menghasilkan masing-masing 10 talenta? Jawabannya “tidak.” Karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa tuan mereka memberikan talenta-talenta itu berdasarkan kemampuan mereka untuk mengelolanya. Hamba pertama diberikan 5 talenta karena kemampuannya adalah menghasilkan laba 5 talenta, jika ia dipercayakan kurang dari 5 talenta maka ia tidak akan maksimal. Demikian pula halnya dengan hamba kedua dipercayakan 2 talenta karena dengan jumlah demikian ia bisa maksimal, yakni menghasilkan 2.
Sejumlah talenta yang dipercayakan ini bukanlah berbicara mengenai uang atau harta semata melainkan tentang kesetiaan dalam kepelayanan hamba-hamba tersebut kepada tuan mereka. Pesan perumpamaan secara keseluruhan adalah BERBUAH dan BERTANGGUNG JAWAB atas semua yang Tuhan percayakan baik itu waktu, kemampuan, uang, dsb. Semuanya itu Allah berikan supaya orang-orang percaya menggunakannya sebaik mungkin bagi kemuliaan Allah.
Konsep talenta ini seharusnya membuat orang-orang percaya tidak saling cemburu karena beberapa orang mengerjakan banyak perkara yang besar sementara sebagian lagi hanya mengerjakan pekerjaan yang sederhana. Sebagian orang Kristen diberikan karunia yang luar biasa sehingga mereka dapat melakukan banyak hal dengan sangat baik tetapi sebagian lagi hanya bisa mengerjakan sedikit. Tuhan SELALU memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan orang tersebut untuk mengerjakannya dengan baik. Oleh karena itu orang yang dipercayakan banyak harus bekerja lebih keras dan orang-orang yang dipercayakan hanya sedikit tidak boleh merasa diri kecil. Setiap orang memiliki bagiannya sendiri-sendiri karena itu setiap orang percaya harus menggumulkan apa yang menjadi bagiannya dan mengerjakannya dengan setia sampai waktu yang dipercayakan itu selesai.
Kesimpulan:
Kita telah mendengar firman Tuhan mengenai perumpamaan talenta.
Semoga firman Tuhan pada malam ini memberi dorongan bagi kita semua. Mari kita
berdoa, Tuhan, Allah bapa kami di dalam sorga, terima kasih atas firman Tuhan yg
sudah kami dengarkan bersama mengenai perumpamaan talenta. Biarlah firmanMu
menjadi pedoman dalam kehidupan kami setiap harinya. Di dalam nama Tuhan Yesus
kami berdoa dan mengucapkan syukur kepada-Mu. Amin.
https://m.youtube.com/watch?v=eQUWrgyASw0
BalasHapus