Perumpamaan Tentang Hamba yang Setia dan Hamba yang Jahat
Teks:
Matius 24:45-51
Prolog:
Shalom,
selamat malam saudara pendengar dimanan pun Anda berada. Berjumpa kembali
bersama saya Anton dan kali ini kita akan bersama-sama mendengarkan renungan
Firman Tuhan yang diambil dari kitab Injil Matius 24:45-51. Mari kita baca
bersama...
Diskusi:
Nats
Alkitab kita pada hari ini masih berada dalam 1 tema besar yaitu mengenai
eskatologi ajaran teologi tentang akhir zaman). Eskatologi berbicara mengenai
hari terakhir dari seluruh perjalanan sejarah. Hari terakhir itulah yang sering
disebut sebagai kiamat. Kita hidup dalam momen-momen waktu dan yang patut
dipertanyakan adalah bagaimana kita hidup menapaki eskatologi. Banyak orang
dibingungkan dengan senantiasa bertanya kapan terjadinya kiamat itu, tetapi
Tuhan Yesus tidak bermaksud demikian dengan pemberitaanNya. Dengan
mempertanyakan kapan terjadinya, justru akan terjadi kesesatan yang menimbulkan
ramalan2 tentang kapan Tuhan datang untuk kedua kali, karena Alkitab sudah mengatakan bahwa tidak
seorangpun yang tahu, malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa
sendiri yang tahu. Pembahasan dalam Matius 24 ini adalah mengenai esensi
eskatologi, apa yang seharusnya kita persiapkan untuk menuju kepada hari
terakhir tersebut.
Matius
24:44 merupakan ayat penghubung yang menyatakan bahwa hendaklah kamu juga siap
sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. Hal ini juga
diulang kembali pada ayat 50. Yang harus dipersiapkan/ menjadi panggilan adalah
siap sedialah/ siap setiap saat. Pergumulan inilah yang diangkat oleh Tuhan
Yesus dalam 3 perumpamaan, salah satunya adalah nats Alkitab kita pada hari
ini.
Bagaimana
kita harus siap sedia dalam menghadapi akhir zaman? Pertama-tama, point yang
penting yang harus kita sadari adalah bahwa akhir zaman itu pasti terjadi,
walaupun kita tidak tahu akan waktunya. Dalam perumpamaan pertama (Matius
24:45-51) Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa hamba yang baik tahu pasti bahwa
tuannya pasti akan datang sesuai dengan janjinya, sedangkan hamba yang jahat
berpikir sebaliknya bahwa tuannya tidak kunjung datang maka boleh dia anggap
tuannya tidak akan datang sehingga dia boleh berbuat apa saja sesuai keinginan
hatinya. Kalau kita sangat memperhatikan kepastian eskatologi maka kita akan
sangat serius memikirkan bagaimana kalau hal itu terjadi, apa yang harus saya
hadapi ketika hal itu terjadi.
Ada
2 unsur yang sedang digandeng oleh Tuhan untuk dibicarakan dalam perumpamaan
ini yaitu: 1) eskatologi makro, yaitu: seluruh dunia ini mulai dari hari
penciptaan dan berakhir di hari kiamat nanti, disebut juga eskatologi kosmik;
2) eskatologi yang bersifat pribadi, yaitu: hari terakhir (kematian) pribadi
demi pribadi. Kalau saat itu terjadi, siap sediakah kita, bukan secara
bersama-sama melainkan pribadi demi pribadi? Persiapan apa yang harus kita
lakukan?
Pertama-tama
kita harus balik kepada status asli sebagai budak/hamba. Yang dibicarakan dalam
nats hari ini adalah hubungan antara tuan dan budak/hamba (bahasa asli:
dullos). Hamba tidaklah sama dengan pelayan (bahasa Inggris: servant). Pelayan
dapat berasal dari budak, tetapi ada juga pelayan yang dibayar. Seorang pelayan
berstatus orang bebas, mempunyai hak untuk pindah majikan dan minta bayaran.
Seorang budak tidaklah mempunyai hak sama sekali dan tidak dibayar, ia harus
tunduk kepada majikannya.
Alkitab
menggambarkan mengenai perbudakan baik itu di PL dan PB. Hubungan manusia
dengan Tuhan adalah sebagai budak/hamba dengan tuannya. Kita sudah lunas
dibayar didepan dengan darah Yesus Kristus, maka adalah hak Tuhan sepenuhnya
kalau Dia mau memperlakukan kita apapun. Konsep ini sangat tidak disukai dunia
berdosa yang justru menekankan manusia pada haknya, pada kekuatannya, maka jiwa
budak pun menjadi hilang dalam kehidupan pelayanan, dalam relasi dengan Tuhan,
bahkan manusia berusaha mengatur Tuhan menurut kemauan dirinya.
Konsep
perbudakan banyak dilawan karena banyak tuan yang jahat, yang memanipulasi
habis budaknya; adanya budak-budak yang melawan tuannya, yang tidak mau taat
kepada tuannya. 2 kondisi inilah yang merusak gambaran dari relasi antara tuan
dan budaknya. Kalau relasi keduanya berjalan dengan baik maka akan berjalan
dengan indah. Budak haruslah rela menyangkal keinginan diri. Tuhan berkata:
barangsiapa hendak mengikut Aku, hendaklah ia menyangkal diri, memikul salib,
dan mengikut Aku.
Menyangkal
diri berarti kita belajar berkata “tidak“ kepada apa yang kita mau, belajar
menyangkali ambisi diri, supaya kita bisa berkata “ya“ kepada apa yang Tuhan
mau. Orang Kristen sejati akan tahu bahwa hidupnya bukannya untuk dia lagi
tetapi untuk Dia yang ada dalamnya. Paulus berkata: aku tidak menghiraukan
nyawaku sedikitpun asalkan aku dapat mencapai garis akhir, menyelesaikan
pelayanan yang ditentukan oleh Tuhan Yesus kepadaku yaitu untuk memberitakan
Injil kasih karunia.
Setelah
menyangkal diri, Tuhan ingin kita berani menanggung beban yang Tuhan taruh di
pundak kita/ memikul salib. Orang yang tidak mau menjalankan kehendak Tuhan,
dia tidak akan dapat menjadi hamba yang menjalankan perintah tuannya, juga
tidak bisa menjadi orang Kristen yang adalah pengikut Kristus. Istilah “beban“
pada hari ini banyak dirusak oleh orang yaitu menjadi berarti: apa yang kita
suka. “Beban“ seharusnya berarti: apa yang tidak kita sukai tetapi yang Tuhan
tugaskan. Kalau kita menjalankan kemauan kita dan menemui banyak kesulitan, itu
bukanlah beban melainkan resiko. Ketika Tuhan mempercayai kita dengan
kepercayaan yang semakin besar maka akan semakin banyak tugas yang ditaruh di
pundak kita. Relakah kita mengerjakannya? Kalau kita siap mengerjakan beban
kita maka kita akan menjadi hamba yang siap dipekerjakan oleh Tuhan kita.
Kita
juga harus belajar mengikut Tuhan Yesus senantiasa karena hanya Dia yang paling
sah untuk menjadi Tuan kita. Kalau kita mendalami hidup hamba dan tuan dengan
tepat maka kita akan hidup dengan jauh lebih nyaman. Ketika manusia hanya
memikirkan dirinya dan tidak pernah memikirkan Tuhan, dia merasa dirinya hebat
tetapi kemudian dia akan rusak.
3
karakter yang akan mempersiapkan kita untuk hidup siap sedia menyambut eskatos
yaitu:
1)
setia
Di
tengah dunia saat ini, loyalitas merupakan sesuatu yang perlu dipertanyakan
yaitu: aspek yang diloyali/ kepada siapa kita setia : kalau kita setia kepada
pihak yang salah (dosa) maka kita akan habis; kesetiaan harus dikaitkan dengan
kebenaran. Kalau kita setia kepada Tuhan berarti kita telah menemukan pelabuhan
yang tepat. Orang yang belum kembali kepada Tuhan, hidupnya akan bergelombang, semakin
kacau. Kalau orang tidak mau memperhambakan diri kepada Kebenaran maka dia
menjadi budak ketidakbenaran. Orang tidak bisa tidak menjadi budak karena
secara logis ketika manusia bertemu dengan kebenaran dia akan langsung menjadi
hamba kebenaran/ berada di bawah kebenaran/ tunduk kepada kebenaran. Kalau kita
bisa tunduk kepada Kebenaran maka kita akan dapat mencintai Tuhan dengan
segenap hati. Pada hari ini penekanan secara ekstrim adalah pada Tuhan
mencintai manusia tetapi tidak disertai tuntutan agar manusia mencintai Tuhan
dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan.
2)
Bijaksana/berhikmat
Yang
seringkali dikatakan manusia sebagai bijaksana adalah bijaksini karena dia
tidak mau mengikuti yang dari sana. Hikmat sejati muncul ketika seseorang terus
menggumulkan hubungannya di hadapan Tuhan, bagaimana dia mencintai Tuhan,
memikirkan yang terbaik untuk Tuhan, seluruh hidupnya diserahkan untuk
memikirkan yang terbaik bagi Tuannya. Hikmat sejati adalah kemampuan akal budi
untuk memikirkan setiap aspek lalu mengambil keputusan tepat sebagaimana yang
Tuhan inginkan. Seberapa jauh hidup kita cocoak dengan Kebenaran, cocok dengan
sifat-sifat Illahi yang adil, suci, benar, mutlak, agung, sesuai dengan
kehendak Tuhan, yang menjalankan rencana Kerajaan Surga, dan tidak mengikuti
dunia? Orang yang bijaksana adalah orang yang keputusannya selalu cocok dengan
yang Tuhan mau. Dunia ini tidak membutuhkan orang pandai tetapi orang
yang bijaksana. Sebagian besar pembuat kejahatan di dunia ini adalah orang pandai.
Gereja
bertambah jumlah jemaatnya tidaklah menjamin adanya peningkatan jumlah orang
yang beriman beres. Gereja seharusnya bukanlah tempat untuk bermanipulasi
melainkan tempat dimana orang mau menjadi budak Tuhan, menjalankan kehendak
Tuhan.
Bagaimana
cara menjadi bijaksana? Kalau kita mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh,
mintalah bijaksana kepada Tuhan, maka Tuhan pasti akan memberikannya kepada
kita. Langkah kedua adalah selalu bertanya kepada Tuhan sebelum mengambil
keputusan/ langkah, apakah hal itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak, hasil
akhirnya untuk kemuliaan Tuhan atau kemuliaan diri. Problemnya adalah:
seringkali kita tahu kalau hal tersebut tidak menyenangkan hati Tuhan tetapi
kita terus melangkah. Orang bijaksana adalah orang yang terus berusaha untuk
menyenangkan hati Tuhan dengan ketaatan. Kalau hal itu terus kita kerjakan maka
jalur yang memimpin kita kepada Kebenaran akan semakin kuat sehingga kita tidak
lagi mudah ditipu oleh dunia. Orang akan mengalami ketakutan luar biasa salah satu
penyebabnya adalah ketika dia banyak melakukan kesalahan. Hidup yang paling
indah adalah ketika kita hidup takut akan Tuhan. Ketika hidup takut akan Tuhan,
maka kita akan sangat peduli untuk tidak menyakiti hati Tuhan, tidak melakukan
hal yang tidak memperkenan hati Tuhan, mau setia kepada apa yang Tuhan
inginkan. Makin kita setia kepada Firman, makin kita tidak takut kepada
siapapun.
3)
bertanggung jawab
Orang
yang hidup dalam Tuhan mengerjakan sesuatu bukan karena ada urusan dunia tetapi
dia mengerjakan sesuatu karena dia tahu bahwa Sang Tuan akan datang dan akan
menuntut pertanggung jawaban. Paulus bahkan berkata: hai budak-budak, janganlah
kamu bekerja keras karena tuanmu tetapi kerjakanlah segala sesuatu seperti
untuk Tuhan, bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Di dunia ini banyak pekerjaan
yang dilakukan sepertinya dengan bertanggung jawab tetapi dengan motivasi yang
tidak benar atau untuk menutupi dosa yang besar. Semuanya yang Tuhan percayakan
kepada kita, sudah kita pertanggung jawabkan kemana, kepada Tuhankah, ataukah
untuk kepentingan diri kita sendiri?
Maka
kita janganlah mengerjakan apa yang kita suka melainkan apa yang Tuhan suka.
Kalau kita bisa mengubah konsep pikir kita menjadi seperti diatas maka seluruh
hidup kita menjadi bertanggung jawab.
Kalau
kita kembali menjadi budak/hamba Tuhan, hidup setia, bijaksana dan bertanggung
jawab maka kita akan selalu siap sedia menghadapi kiamat.
Renungkanlah:
- Sebagai orang percaya, sudahkah Anda melatih dan menjalankan karakter
seorang hamba/budak Kristus yang benar (Mat 24 : 45-51)? Komitmen apa yang
Anda mau lakukan/perbaharui di bulan ini? Berdoa dan lakukan komitmen Anda
tersebut.
- Apa yang Anda mau lakukan bagi sesama di tempat/lingkungan Anda
bekerja di minggu ini sebagai bagian komitmen Anda dalam menjadi seorang
hamba/budak Kristus yang benar. Berdoa dan lakukan komitmen Anda tersebut.
Epilog:
Demikianlah
khotbah mengenai perumpamaan Tuhan Yesus tentang hamba yang setia dan hamba
yang jahat. Semoga pelajaran dari khotbah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Selamat malam dan Tuhan memberkati
0 komentar:
Posting Komentar