Gereja Jemaat Kristus di Indonesia

Analityc

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 08 November 2016

Ciri Kepemimpinan Kristus

Ciri Kepemimpinan Kristus

Teks: Matius 20:28
Oleh: Ev. Anton Borneo

”sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Pendahuluan:
  1. Definisi kepemimpinan kristen ialah kepemimpinan yang dimotivasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani.
Permasalahan yang terjadi di dunia ini , tidak sedikit pemimpin yang memerintah dengan tangan besi. Sebagaimana yang dikatakan Yesus di Matius 20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Namun Kristus memberi teladan kepemimpinan yang sebenarnya.
  1. Gaya kepemimpinan:
a.       Pemimpin yang birokratis—ini adalah satu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus menerus kepada aturan-aturan organisasi.
b.      Pemimpin yang permisif—ingin agar setiap orang (termasuk pemimpin itu sendiri) merasa senang (kompromi).
c.       Pemimpin yang laissez-faire—menganggap bahwa organisasinya berjalan sedemikian baiknya sehingga pemimpin tidak perlu turut campur.
d.      Pemimpin yang partisipatif—biasanya senang memecahkan masalah dan bekerja sama dengan orang lain.
e.      Pemimpin yang otokratis—menganggap  bahwa orang-orang hanya akan melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka (tampak sebagai seorang diktator).
  1. Stress point: Kepemimpinan Kristen bukanlah kepemimpinan diktator, tetapi kepemimpinan yang diteladankan oleh Kristus.
Proposisi: Ciri-ciri Kepemimpinan Kristus dapat kita terapkan dalam kehidupan kita.
Pertanyaan: Bagaimana ciri kepemimpinan Kristus yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita?
Peralihan: Ada beberapa ciri kepemimpinan Krsitus, diantaranya:
Diskusi:
I.        Ia berbuat terlebih dahulu sebelum meminta orang lain berbuat sesuatu
A.      Dipraktikkan dulu baru diajarkan, bukan diajar dulu baru dipraktikkan. Kristus memerintahkan kita untuk saling mengasihi, mengutamakan kerajaan Allah dan menyerahkan kehidupan kita secara total. Semua itu dicontohkan terlebih dahulu, tidak seperti kebanyakan imam kepala dan ahli farisi yang hanya mengajar tetapi tidak melakukan.
B.      Contoh/Ilustrasi: Kristus merendahkan hati/diri dihadapan Allah—humble KJV (Filipi 2:5-8)
C.      Aplikasi: tindakan lebih keras berbicara dari pada kata-kata. Kita mengajak orang lain untuk patuh kepada firman Tuhan, namun kita sendiri tidak mematuhi. Kita menyerukan, ayo belajar Alkitab/sekolah Alkitab, namun keluarga kita malah diajarkan untuk memilih hal sekuler. Atau hal sederhana, ingin orang lain tersenyum, tersenyumlah terlebih dahulu.

II.      Ia berfokus kepada hal-hal kekal
A.      Kristus tidak membiarkan tujuan-Nya digoyang atau dikesampingkan oleh godaan iblis atau pengaruh dunia (Matius 4:1-11).
B.      Contoh/Ilustrasi: Yesus dicobai oleh iblis dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.
C.      Aplikasi: Kita perlu berhati-hati agar tidak mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya lebih dari pada kepada Allah (1 Yohanes 2:15-17). Pertimbangankan kebanyakan dimana waktu kita dihabiskan; hal rohani atau lebih banyak di hobi/medsos/instagram/dll. Jangan biarkan hal2 sekuler merampas waktu kita dalam hal rohani.
III.    Memimpin secara lemah lembut dan berbelas kasihan
A.      Tuhan tidak memaksa seseorang mengikut Dia. Cara Yesus memimpin adalah seperti seorang gembala yang mengasihi dombanya (1 Petrus 5:2-4). Peran kepemimpinan Yesus tidak dianggap sebagai pangkat, atau jabatan yang berkuasa, melainkan sebagai pelayanan.
B.      Contoh/Ilustrasi: pribahasa “kita dapat menggiring ternak ke sungai, tetapi kita tidak dapat memaksa mereka untuk minum”
C.      Aplikasi: memberi pertanggungjawaban dengan hormat dan lemah lembut (1 Petrus 3:15). Tekadang ketika seseorang melakukan kesalahan, bukannya meminta maaf malah minta dimaklumi. Ini adalah ciri kesombongan, tidak ada tanda2 kerendahan hati.
IV.   Ia rela melawan persoalan dan situasi yang rumit
A.      Orang farisi dan ahli Taurat pada zaman Kristus menganggap dirinya benar dan selalu menyalahkan dan mengkritik orang lain. Yesus tidak terbawa arus/terkontaminasi dengan kebusukan sifat2 orang farisi.
B.      Yesus mengecam mereka dengan tegoran yang tajam karena sikap mereka bertentangan dengan kebenaran.
C.      Contoh/Ilustrasi: Nabi Natan menegor raja Daud karena Daud mengambil istri Uria.
D.      Aplikasi: Kita tidak boleh kompromi dengan dosa, jika salah katakan salah. Siapa diantara karyawan yang berani menegor bosnya yang salah? Pasti tidak akan ambil resiko! Karena akan kehilangan pekerjaan, anak istri mau makan apa?
V.     Ia tetap konsisten dalam pimpinan-Nya
A.      Kristus bukanlah pemimpin yang suam-suam kuku. Apa pun yang terjadi, Ia tetap berjalan dan memimpin dalam kebenaran meskipun banyak orang yang menolak, menyangkal, memfitnah, atau pun berpaling dari-Nya.
B.      Contoh/Ilustrasi: Yogi dan kalajengking.
C.      Aplikasi: Jangan biarkan keadaan mengubah konsistensi kita dalam melayani.

Kesimpulan:
  1. Ciri kepemimpinan Kristus:
a.       Berbuat terlebih dahulu baru meminta orang lain berbuat sesuatu.
b.      Berfokus pada hal-hal yang kekal.
c.       Memimpin secara lemah lembut dan berbelas kasihan.
d.      Ia rela melawan persoalan dan situasi yang sulit.
e.      Ia tetap konsisten dalam pimpinan-Nya.

  1. Marilah kita jadikan ciri kepimpinan Kristus menjadi model kepemimpinan dalam kehidupan kita.

Tetaplah Kerjakan Keselamatanmu!

Tetaplah Kerjakan Keselamatanmu!

Teks: Filipi 2:12
Oleh: Anton Borneo

Pendahuluan:
    Surat Paulus kepada Jemaat Filipi th 62-63 M ketika Paulus terpenjara di Roma (Jemaat memberi bantuan).  Paulus memuji Jemaat yg walaupun banyak hadapi penyunat2 palsu, mereka tetap setia/taat.  Jemaat diminta jangan berpuas diri, tetapi tetap lakukan lebih. Terutama mengerjakan/menyelesaikan keselamatan.    Berbicara tentang keselamatan, berbicara perdamaian dua pihak yang bermusuhan (Allah dan manusia).   Untuk mewujudkan perdamaian, Allah melakukan sesuatu mengutus Anak-Nya mati di kayu salib (Yohanes 3:16).   Manusia harus menerima keselamatan tersebut. Tidak cukup itu, manusia harus menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Keselamatan bukan karena usaha atau perbuatan baik tetapi anugrah dari Allah.
Proposisi: Ada dua hal yang dapat kita pelajari mengenai nasihat Paulus agar kita tetap kerjakan keselamatan.
Diskusi:
I.                    Bagaimanakah Kita Mengerjakan Keselamatan?
                                      Keselamatan siapa yang dimaksud? Apakah keselamatan Kristus? Karya keselamatan Kristus hanya 1 kali untuk selamanya.  Dalam TL “kerjakanlah selamatmu sendiri”. Paulus mengatakan “dengan takut dan gentar.”    “Tetaplah” kalimat perintah yang harus dilakukan terus menerus (konsisten).  Perintah Allah dalam PL dan PB. Melanggar=mati. Contoh: Nadab dan Abihu (Imamat 10) dan Uza (2Sam 6).    Perintah Allah harus dilakukan dengan serius/sungguh2 dan hormat! Terhadap kekudusan Allah.   Ilustrasi: ketika Lurah datang berkunjung ke rumah kita, kita perlakukan dengan hormat.  Aplikasi: bagaimana dengan kita apakah melakukan perintah Tuhan dengan sungguh2 atau tidak. Ketika beribadah kebaktian, apakah membiarkan hal2 kecil mengganggu fokus kita? Fb, bbm, WA. Ada beberapa orang ketika pertama kali percaya Yesus begitu bersemangat, berapi2 dalam doa, baca Alkitab, ibadah, kelas, dll. Tetapi tidak bisa mempertahankan konsistensinya sehingga apatis, malas, tidak peduli, dll.    Roma 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor.
II.                  Kapankah Kita Mengerjakan Keselamatan?
                     Tergantung mood, orang yang kita segani, dll. Paulus memberi nasihat “bukan hanya saat ia ada melainkan ketika Paulus tidak hadir pun Jemaat Filipi harus tetap setia dalam Tuhan.     Kekristenan bukanlah menjadi Kristen di hari Minggu, tetapi hari apap pun tetap Kristen.      Ujian terbesar seorang Kristen bukan ketika bersama2 melainkan saat ia seorang diri dan tidak seorang pun mengawasinya.   Seseorang dapat saja terlihat saleh di hari Minggu dan begitu duniawi di hari lain.Dalam perumpamaan hamba baik dan jahat. Tanpa disangka tuannya datang. Apakah didapat sebagai hamba yang baik atau jahat?    Ketaatan yang  semu adalah ketaatan ketika ada Paulus.  Aplikasi: jangan tergantung pada orang lain/ mengidolakan orang lain suatu saat dia jatuh dan kita kecewa. Lakukan semuanya karena Tuhan!  Ilustrasi: Yusuf hidup suci didasarkan rasa hormat kepada Allah ketika ia digoda istri potifar.
Kesimpulan:
                Sama seperti  orang Filipi, mungkin saudara mengalami banyak kemajuan dalam kekristenan. Jangan berpuas diri, tetapi lakukan lebih baik lagi. Semakin hari semakin diperbaharui. Perubahan yang lebih baik sejak kita menerima Kristus.

Selasa, 02 Agustus 2016

What is the Church?

What is the Church?
Bible study on the church.
If we took a poll in the community, asking, "What is the church?" we would get diverse and conflicting answers.
In this series of two articles, we let the Bible answer this question, so we can be the church God wants us to be.
Origin of the Church
God is the originator of the church, according to His eternal purpose in Christ ( Eph. 3:11-12 ). He foretold of the church in the Old Testament, indicating that He'd establish it during the reign of Rome (Mi. 4:1-3; Dan. 2:31-45 ).
During the reign of Rome, the church began on Pentecost, a few days after Jesus ascended into heaven ( Acts 1:6-8 ;
2:1-4 ).
The Church is the Called Out Body
The word "church" is translated from the Greek work ekklesia, denoting a called out body of people.
God calls us out of the world of sin through the gospel ( 2 Th. 1:14 ). The church is composed of people who respond to God's call.
The word church is used in two ways. "Church" can be used in reference to all Christians, or a specific congregation. Jesus uses "church" both ways:
In Matt. 16:18 , Jesus promises to build His church, speaking of Christians everywhere who would respond to the gospel call.
In Matt. 18:17 , Jesus uses the word "church" regarding Christians in a local congregation.
Names Identifying the Church
There are several names in the Bible that identify the church.
My (Christ's) church ( Matt. 16:18 ).
Church of the Lord, church of God ( Acts 20:28 ; 1 Cor. 1:2 ).
Church of Christ ( Rom. 16:16 ).
The body, the church ( Col. 1:18 ; Eph. 1:22-23 ; 5:23 ; 1 Th. 1:1 ).
Household (house) of God, church of the living God ( Eph. 2:19 ; 1 Tim. 3:15 ; cf. Heb. 10:21 ).
Church of the firstborn ( Heb. 12:23 ).
God's field, God's building ( 1 Cor. 3:9 ).
The flock ( 1 Pet. 5:3 ; Acts 20:28 ).
Since we are commanded to "do all in the name of the Lord Jesus," congregations of the Lord's church must use an authorized name.
Membership in the Church
On Pentecost, people asked Peter what they should do. He told them to repent and be baptized for the remission of their sins ( Acts 2:38 ). The people who obeyed the gospel received the gift of the Holy Spirit --- they were saved, and added to the church by the Lord ( Acts 2:38 , 40-41 ,
47).
They were baptized into the body of Christ by the Spirit ( 1 Cor. 12:13 ).
They were born again, born of water and Spirit ( Jn. 3:3 , 5).
The Church is God's Kingdom
The word kingdom denotes the domain of the king. God rules over the church; therefore, it is His kingdom.
We must be born again to see the kingdom of God ( Jn. 3:3 ). Jesus said, "'Truly, truly, I say to you, unless one is born of water and the Spirit he cannot enter into the kingdom of God'" ( Jn. 3:5 ).
We are born of water when we are baptized, and born of the Spirit when we are added to the church, at which time we become a new creature in Christ ( 2 Cor. 5:17 ).
Since we believed the good news about the kingdom of God and were baptized ( Acts 8:12 ), we are members of God's kingdom.
The Church is Christ's Kingdom
God put all things under Christ's feet ( Eph. 1:22-23 ). He is Lord of lords and King of kings, having all authority in heaven and on earth ( 1 Tim. 6:15 ; Matt. 28:18 ). Therefore, He rules over the church (kingdom).
As Christians, God has rescued us from the domain of darkness and transferred us into the kingdom of His Son ( Col. 1:13-14 ). As members of Christ's kingdom, we have "redemption, the forgiveness of sins" ( Col. 1:14 ).
Later in this epistle, Paul tells us exactly when these things transpire: "having been buried with Him in baptism, in which you were also raised up with Him through faith in the working of God, who raised Him from the dead. When you were dead in your transgressions and the uncircumcision of your flesh, He made you alive together with Him, having forgiven us all our transgressions ( Col. 2:12-13 ).
Note, from Col. 1:13-14 ; 2:12-13 :
We are forgiven when we are baptized ( Col. 2:12-13 ).
We are forgiven in Christ's kingdom ( Col. 1:13-14 ).
Therefore, we enter Christ's kingdom when we are baptized.
This perfectly harmonizes with Acts 2:
We are forgiven and saved when we are baptized ( Acts 2:38 , 40-41 ).
We are added to the church when we are saved ( Acts 2:40-41 , 47).
The church is Christ's kingdom ( Col. 1:13 ).
Therefore, we are added to the kingdom when we are baptized --- the time at which we are saved.
The Church is Christ's Body
Paul tells us the church is the body of Christ, allegorically expressing our relationship to Christ as members of His body.
Paul says, "And He put all things in subjection under His feet, and gave Him as head over all things to the church, which is His body, the fullness of Him who fills all in all" ( Col. 1:22-23 ).
Since Christ is the head of the body, the church must be subject to Him in everything ( Col. 1:18 ; Eph. 5:24 ). If our congregation isn't subject to Christ, we're not His church!
As head of the body, Jesus is also the Savior of the church ( Eph. 5:23 ). We must be members of His church to be saved. He is the author of eternal salvation to those who obey Him ( Heb. 5:9 ) --- He is our Savior if we obey.
The Church is God's Household
Paul tells us the church is God's household, allegorically expressing our relationship to God as His children.
Paul says, "I am writing these things to you, hoping to come to you before long; but in case I am delayed, I write so that you will know how one ought to conduct himself in the household of God, which is the church of the living God, the pillar and support of the truth" ( 1 Tim. 3:14-15 ).
Just as Jesus is head of the body, He is over the house of God: "but Christ was faithful as a Son over His house --- whose house we are, if we hold fast our confidence and the boast of our hope firm until the end" ( Heb. 3:6 ).
Since Jesus is God's Son, and we are also God's children, we are Christ's brethren. "For both He who sanctifies and those who are sanctified are all from one Father; for which reason He is not ashamed to call them brethren" ( Heb. 2:11 ).
We are heirs of God, and joint heirs with Christ ( Rom. 8:17 ).
The Church is God's Temple
Paul tells us the church is God's temple, allegorically expressing our relationship to God as priests who render spiritual service to Him.
Paul says, "Or what agreement has the temple of God with idols? For we are the temple of the living God; just as God said, 'I will dwell in them and walk among them; and I will be their God, and they shall be my people'" ( 2 Cor. 6:16 ).
And Paul writes to the Ephesians, saying of the church, ". . . Christ Jesus Himself being the corner stone, in whom the whole building, being fitted together, is growing into a holy temple in the Lord, in whom you also are being built together into a dwelling of God in the Spirit" ( Eph. 2:20-22 ).
As God's temple, we are responsible for conducting ourselves properly.
Our bodies are members of Christ ( 1 Cor. 6:15 ).
We are one spirit with the Lord ( 1 Cor. 6:17 ).
We must glorify God in our body ( 1 Cor. 6:19-20 ). We are not our own; we've been bought with a price.
The Church is the Bride of Christ
Paul tells us the church is Christ's bride, allegorically expressing our united relationship with Him, as a husband is united to His wife.
Paul says, "For I am jealous for you with a godly jealousy; for I betrothed you to one husband, so that to Christ I might present you as a pure virgin" ( 2 Cor. 11:2 ).
We are united with Christ when we are baptized ( Rom. 6:3-5 ; 7:4 ), becoming one spirit with Him, baptized into His body by the Holy Spirit ( 1 Cor. 6:17 ; 12:13 ).
Most importantly, we will live with Jesus in heaven, united with Him for eternity. John records his vision of the marriage of the Lamb, saying, "And I saw the holy city, new Jerusalem, coming down out of heaven from God, made ready as a bride adorned for her husband. And I heard a loud voice from the throne, saying, 'Behold, the tabernacle of God is among men, and He will dwell among them, and they shall be His people, and God Himself will be among them'" ( Rev. 21:1-3 ).
Conclusion
The church is God's kingdom, Christ's kingdom, Christ's body, God's household, God's temple, and Christ's bride.
There's no greater privilege than to be a Christian. But we also have responsibilities, as people upon whom God has bestowed so many blessings. Let's make sure we are doing our part, to be the church God ordained from eternity!

Reference: biblestudyguide.org

Rabu, 27 Juli 2016

Mengakui Kristus

Mengakui Kristus

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (Roma 10:9-10)
Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa melibatkan pengakuan kepercayaan kita bahwa Yesus itu adalah Kristus dan Anak Allah yang hidup. Orang-orang hanya dapat mengetahui iman kita kepada Kristus hanya apabila kita mengakuinya. Di Kaisarea Filipi Yesus bertanya kepada murid-muridNya, “kata orang siapakah Anak Manusia itu?” (Matius 16:13-19). Orang-orang tidak yakin bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa berpendapat bahwa Dia adalah Yohanes pembaptis yang lain berpendapat bahwa Dia adalah Yeremia, Elia atau salah seorang nabi. Tetapi Simon Petrus yakin bahwa Yesus adalah Mesias/Kristus. Dia mengakui, “Engkaulah Mesias Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Yesus berkata kepada Petrus bahwa dia akan diberkati sebab dia membuat pengakuan itu. Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engaku Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga” (Matius 16:17). Setiap orang yang membuat pengakuan yang sama seperti yang dilakukan Petrus akan diberkati.
            Ketika kita mengaku bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup, maka kita mengakui keilahianNya. Yohanes menulis, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Dia kemudian menjelaskan siapakah firman itu, “Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita” (Yohanes 1:14). Yesus adalah “Imanuel” yang berarti “Allah beserta kita” (Matius 1:23). Ketika  kita mengaku bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup, maka kita mengakui bahwa Dia dilahirkan dari seorang perawan [bernama Maria] (Yesaya 7:14; Matius 1:23). Kita juga mengakui bahwa Dia hidup dengan sempurna, tanpa dosa (1 Petrus 2:21,22; Ibrani 4:14-15). Pengakuan ini termasuk percaya bahwa mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus adalah nyata untuk membuktikan ke-IlahianNya (Yoh 3:2; 20:30,31).
            Ketika kita membuat pengakuan yang baik bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, maka kita telah menerima otoritasnya (Matius 28:18-20). Otoritas kita bukan Musa atau Elia atau salah seorang nabi. Kita harus mendengarkan Yesus Kristus (Matius 17:5). Kita akan dihakimi oleh Kristus dan firmanNya pada hari akhir (Yoh 12:48; Kisah 17:30,31).
            Ketika kita mengaku Kristus, kita juga menyerahkan diri kita sendiri untuk menjadi hamba-hambaNya. Paulus menulis, “Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran” (Roma 6:17,18). Kita harus menetapkan dalam benak kita bahwa kita akan taat (Matius 6:24). Jika kita mengaku Kristus, berarti kita akan mematuhi semua perintahNya (Matius 7:21-23; Yoh 14:15).
            Sebagai tambahan kepada peristiwa di Kaisarea Filipi ketika Petrus mengakui Kristus, dia juga menjelaskannya pada kesempatan yang lain bahwa dia percaya Yesus itu adalah Kristus dan Anak Allah yang hidup (Yoh 6:6a).
            Banyak lagi yang lain yang mengakui Kristus. Yohanes pembaptis mengakui Kristus sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:2a).
            Setelah Filipus memberitakan Kristus kepadanya, sida-sida dari Etiopia mengaku, “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah“ (Kisah 8:37). Hanya dengan cara itulah Filipus dapat mengetahui bahwa sida-sida itu telah percaya. Maka Filipus pun membaptis dia (Kisah 8:38). Jika kita ingin pergi ke surga, kita juga harus membuat pengakuan yang sama seperti yang dilakukan oleh sida-sida itu (Matius 10:32,33; 1 Yoh 4:15). Rasul Paulus menulis, “Tetapi apakah katanya? Ini : “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:8-10).
            Ada juga orang-orang yang tidak mengakui Kristus. Orang tua dari orang buta yang disembuhkan oleh Yesus tidak mengakui Dia (Yoh 9:22). Mereka percaya kepadaNya, tetapi tidak mengakui Dia oleh sebab itu mereka tidak dapat diselamatkan. Ini menunjukkan kepada kita bahwa iman saja tidak cukup untuk menyelamatkan, harus disertai dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup.

            Seseorang tidak dapat menjadi seorang Kristen [percaya] kecuali dia mengaku bahwa Yesus itu adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (Roma 10:9,10). Suatu saat nanti, semua orang akan mengaui Kristus (Roma 14:11,12; Fil 2:9-11). Tetapi jika kita menunggu sampai hari penghakiman untuk mengakui Kristus, itu sudah terlambat! “Hari inilah hari keselamatan” (2 Kor 6:2). Jika Saudara percaya bahwa Yesus Kristus itu adalah Anak Allah, maka akuilah Dia hari ini juga.

Sabtu, 16 Juli 2016

Mengenai Kasih


Judul : Hal Mengasihi
Teks :1 Korintus 13:1-13
Kita berdoa: Bapa di surga kami bersyukur pada kesempatan kali ini kami akan mendengarkan FirmanMu, Tuhan bantu kami untuk dapat mengerti firmanMu, sehingga boleh kami lakukan dalam kehidupan kami setiap harinya. Di dalam nama Yesus Kristus, kami telah berdoa. Amin.

Kasih adalah dasar dari segala perbuatan baik, baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama manusia. Salah satu ciri orang Kristen ialah mempraktikkan kasih.
Di dalam Perjanjian Baru Tuhan kita Yesus Kristus memerintahkan orang Kristen untuk saling mengasihi. Dengan kata lain kasih adalah merupakan bagian dari kehidupan orang Kristen. Untuk itulah setiap orang Kristen harus terlebih dahulu mengetahui apakah kasih itu dan harus faham dengan ciri-ciri kasih, dengan demikian kita tidak salah dalam mempraktikkan kasih yang diperintahkan oleh Tuhan.
                Di dalam 1 Korintus 13:4-8 Rasul Paulus menyatakan kepada kita dengan bahasa yang sangat sederhana dan sangat mudah untuk dimengerti tentang ciri-ciri kasih. Marilah kita simak satu persatu ciri-ciri kasih tersebut. Kasih itu sabar. Banyak orang menjelaskan panjang lebar tentang hal ini tetapi kita dapat melihat betapa sederhananya pengertian kata-kata tersebut.
                Saya kita kita tidak mengalami kesulitan untuk mengartikan kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu, kasih itu tidak memegahkann diri dan tidak sombong, kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih itu tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih itu tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran. Kasih itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih itu tidak berkesudahan. Inilah semua ciri kasih yang dinyatakan Paulus agar orang Kristen mengerti dan  dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
                Setelah kita memahami pengertian dan ciri-ciri kasih, maka yang  kita akan mempraktikkan kasih tersebut. Di dalam Matius 22:34-39, ketika orang farisi mendengar bahwa Yesus telah membuat orang Saduki bungkam, berkumpulah mereka dan bertanya kepada Yesus: “Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” dan Yesus menjawab mereka dengan mengatakan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu, itu hukum yang terutama dan yang pertama dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Di dalam Yohanes 14:15 Yesus berkata, “Jika kamu mengasihi Aku turutilah segala hukum-hukumKu.” Yesus Kristus adalah Tuhan. Bagaimanakah kita mengasihi atau mendemonstrasikan kasih kita kepada Tuhan? Dengan menuruti hukum-hukumNya. Dimanakah terdapa hukum-hukum Tuhan untuk kita? Di Perjanjian Baru. Di Alkitab kita mengetahui bahwa ada 3 periode/zaman yaitu: zaman bapa-bapa, zaman Musa, dan zaman Kekristenan.
                Jadi, menurut Paulus kita harus memahami perintah-perintah yang mana dalam Alkitab yang ditujukan kepada orang yang hidup di zaman nabi-nabi dan perintah mana yang ditujukan kepada orang-orang yang hidup di zaman kekristenan. Orang Kristen diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan juga sesama. Tuhan Yesus memberikan standar bagi kita dalam mengasihi sesama yakni, “sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri.” Standar ini juga sangat sederhana tetapi perlu kesadaran dan membutuhkan kejujuran apakah saya mengasihi sesama sama seperti saya mengasihi diri sendiri? Inilah yang perlu kita renungkan, ataukah saya membuat perbedaan antara mengasih diri sendiri dan mengasihi sesama? Kalau kita belum bisa mengasihi sesama sebagaimana kita mengasihi diri sendiri berarti kita masih mementingkan diri sendiri.
                Mengasihi sesama manusia harus memiliki tujuan yang benar, jangan kita mengasihi sesama dan mengharapkan imbalan dari orang tersebut, bukan itu tujuan mengasihi sesama. Kalau kita mengasihi sesama dan mengharapkan imabalan, itu merupakan kasih yang bukan kehendak Tuhan. Jadi, di dalam 1 Korintus 8:1 tujuan mengasihi sesama adalah untuk saling membangun, sedangkan di dalam 1 Tesalonika 3:12 tujuan mengasihi adalah untuk menuntun orang kepada hidup yang berkelimpahan. Di dalam Galatia 5:13 tujuan mengasihi sesama adalah untuk saling melayani satu sama lain. Berdasarkan ketiga ayat-ayat tadi, maka kita mengetahui tujuan mengasihi sesama adalah untuk memuliakan Tuhan bukan untuk mencari pujian atau sanjungan dari orang lain, biarlah kita melakukan pekerjaan mengasihi tetapi membawa kemuliaan akan nama Tuhan.
Sebagai kesimpulan dari pelajaran kita adalah betapa pentingnya mempraktikkan kasih tanpa kasih kita tidak akan pernah bertumbuh, tanpa kasih iman kita akan sia-sia, tanpa kasih jemaat Tuhan tidak akan tumbuh, tanpa kasih kita tidak akan pernah menjadi contoh yang baik bagi orang lain, tanpa kasih pengorbanan Kristus akan menjadi sia-sia dalam kehidupa kita. Kasih akan menggerakkan kita untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Mari kita berdoa, Tuhan Allah Bapa Kami di Surga Terima kasih Tuhan atas firman yang sudah kami dengarkan bersama, Mohon kiranya firman Tuhan boleh menjadi pedoman bagi hidup kami agar kami selalu dapat melakukan kehendakMu dalam kehidupan kami setiap harinya. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.


Rabu, 13 Juli 2016

Penyembahan yang benar

Penyembahan Yang Benar


Manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki sifat untuk menyembah. Ia lain dari makhluk ciptaan Allah lainnya. Manusia memiliki perasaan yang sama dengan penciptaNya yaitu mengasihi dan dikasihi. Oleh sebab itu berbakti adalah sebagian dari arti kehidupan manusia. Adalah tidak mungkin bagi manusia untuk hidup dan tidak menyembah. Seperti halnya manusia perlu makan dan minum setiap hari, demikian juga di dalam hal penyembahan.
Manusia bisa menyembah objek yang benar atau juga objek yang salah, meski pun demikian manusia tetap akan menyembah. Berbakti yang benar tergantung kepada pilihan manusia itu sendiri berdasarkan pengetahuan yang ia miliki sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ada beberapa macam sikap penyembahan yang disebutkan dalam Alkitab dan kita harus melakukan dengan cara yang benar.
Macam-macam sikap berbakti dalam Alkitab antara lain:
Berbakti dalam kebodohan, Kisah 17:22-23. Apakah yang dimaksud dengan berbakti yang seperti ini? Mereka berbakti kepada Allah yang mereka tidak kenal. Meskipun ibadah ini dilakukan dengan sungguh-sungguh akan tetapi tidak ada objek yang dituju, maka itu akan menjadi sia-sia saja, tidak ada yang mendengarkan dan menjawab ibadah itu. Meskipun demikian ada sebagian orang yang melakukan ibadah yang seperti ini.
Berbakti yang menuruti keinginan sendiri, Kolose 2:23; Roma 16:17.
Apakah maksudnya? Allah telah mengatur bagaimana cara untuk beribadah kepadaNya tetapi manusia tidak tunduk kepada peraturan-peraturan Allah. Manusia berusaha untuk mengganti peraturan itu dengan caranya sendiri supaya kelihatan lebih khidmat, lebih menarik, lebih ramai, dan lain-lain. Meskipun ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, bagi Allah penyembahan yang demikian tetap tidak berkenan kepadaNya.
Kebaktian yang menyukakan manusia, Matius 15:9
Tuhan Yesus menegur orang-orang Israel dalam hal peribadatan dimana mereka lebih mementingkan penampilan lahiriah, apa yang dilihat oleh manusia, untuk menyenangkan manusia, tidak sepenuhnya melakukan perintah Tuhan, asalkan tidak ditolak oleh manusia. Kebaktian ini sama seperti dilakukan oleh orang-orang Farisi yaitu peribadatan yang dilandasi kemunafikan.
Menuruti tradisi, Yohanes 4:20.
Peribadatan ini tidak dilandasi atas iman kepada perintah-perintah Tuhan dalam peribadatan tetapi lebih kepada mengikuti agama orang-orang tua kita yaitu kalau orang tua kita menyembah Tuhan, maka anak harus menyembah Tuhan, kalau orang tua menyembah berhala, maka anak pun akan menyembah berhala. Dalam contoh ayat di atas tentang perempuan Samaria, yang menyembah di atas gunung oleh karena nenek moyangnya menyembah di atas gunung. Penyembahan ini tidak berkenan kepada Allah sebab menyembah Allah harus dari keyakinan dan iman masing-masing individu yang sesuai dengan perintah Tuhan.
Dalam Roh dan Kebenaran, Yohanes 4:23-24.
Inilah peribadatan yang dikehendaki Allah yaitu orangn yang menyembah harus dalam Roh, maksudnya bersungguh-sungguh, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, dalam kebenaran, Yohanes 17:17. Kebenaran adalah Firman Allah, maka peribadatan yang berkenan kepada Allah yaitu bersungguh-sungguh dengan hati yang tulus ingin berbakti serta disertai kebenaran FirmanNya bagaimana berbakti yang benar, maka peribadatan itu akan diterima oleh Allah.
Bagaimanakah keadaan yang benar dan penyembahan yang diterima menurut Yohanes 4:23-24 itu? Ada 3 hal yang sangat perlu untuk dipertimbangkan:
Pertama:
Di dalam berbakti yang benar, objek yang harus kita tuju adalah Allah, sebab hanya Allah saja yang patut disembah. Ia mendengar segala permohonan kita dan Allah juga bersedia untu menjawab segala permohonan kita.
Kedua:
Di dalam motif yang benar yaitu di dalam Roh. Dalam berbakti bukan saja kita membawa tubuh kita untuk hadir dalam berbakti tetapi yang lebih utama ialah bagaimana roh kita (kesungguhan hati) di dalam kebaktian. Banyak orang yang hadir dalam berbakti, duduk bernyanyi, mendengarkan firman Tuhan tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju pada saat berbakti melainkan pikirannya berada di tempat lain. Inilah yang disebut berbakti tidak di dalam Roh dan banyak orang Kristen yang melakukan kebaktian seperti ini.
Ketiga:
Di dalam cara yang benar yaitu di dalam kebenaran. Apakah kebenaran? Firman Allah adalah kebenaran (Yoh 17:17). Maka jika kita ingin berbakti dengan cara yang benar sesuai dengan keinginan Allah, tentu saja tidak ada cara lain, selain menurut petunjuk Firman Allah karena di dalamnya memberi petunjuk cara-cara berbakti sesuai dengan keinginan Allah.


Selasa, 12 Juli 2016

Saling mengasihi antara satu dengan yang lain

Saling mengasihi antara satu dengan yang lain
1 Yohanes 3:11-18

Pendahuluan
Kasih adalah salah satu topik yang sangat menarik untuk dibahas. Kasih adalah penyebab dimana Yesus Kristus rela mati untuk menebus dosa-dosa kita. Tanpa kasih, kehidupan iniakan penuh dengan permusuhan, pertikaian, dendam dan sebagainya. Secara khusus dalam beberapa ayat ini, Rasul Yohanes  ingin agar pembaca untuk saling mengasihi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kasih artinya perasaan sayang (cinta, suka kpd). Lalu mengasihi artinya menaruh kasih kpd mencintai; menyayangi[1]. Kemudian di dalam bahasa Yunani, kata kasih ada 4 jenis[2]:
            Eros - Kata ini tidak benar-benar ditemukan dalam Perjanjian Baru, tetapi merupakan acuan dari banyak penggambaran tentang kasih. Eros berarti gairah secara seksual (birahi), baik kenikmatan maupun pemuasannya. Storge - Storge adalah ikatan alami antara ibu dan anak, ayah, anak-anak, dan kerabat. William Barclay menyebutkan, "kita tidak bisa tidak mengasihi anak-anak dan kerabat kita; darah lebih kental daripada air" (N.T. Words, 1974). Phileo - Kasih phileo adalah kasih yang terpancar dalam perhatian. Memang indah untuk bersama-sama dengan seseorang, sesuatu kehangatan yang datang dan pergi yang lahir dari kebersamaan. Agape - Kasih agape adalah kasihnya Allah. Kasih agape bekerja untuk memberikan kebaikan bagi orang lain tanpa memperdulikan apa yang dirasakannya sendiri.
Keempat jenis kasih sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Diantara keempat jenis kasih tersebut yang paling besar ialah kasih agape, yakni kasih yang penuh pengorbanan sebagaimana Allah merelakan putra-Nya untuk mati di kayu salib. Kali ini kita akan memahami ulasan dari ayat per ayat guna membantu kita untuk mendalami arti kasih yang sesungguhnya.

Eksegesis dan Eksposisi

Ayat 11
Sebab inilah berita yang telah kamu dengar   dari mulanya,  yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;
Di dalam ayat ini Rasul Yohanes mengingatkan kembali akan berita yang telah pembaca dengar. Berita, kabar yakni berkenaan dengan suatu doktrin dan juga mengenai moral. Yohanes, seorang yang tua sekarang, melihat kilas balik kepada hari-hari mudanya dan mengingat apa yang Yesus katakana malam sebelum Dia mati.[3] Sejak bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan sampai di Gunung Sinai, Allah member hokum mengenai kasih kepada-Nya yang tertulis dalam kedua loh batu yang empat diantaranya hokum kasih kepada Allah dan enam diantaranya adalah hokum kasih kepada manusia. Dengan saling mengasihi, tidak aka nada yang namanya pertikaian, perselisihan, perbantahan, iri hati, pembunuahan dan lain sebagianya. Yesus telah member standar, kita harus mengasihi satu sama lain sebagaimana Yesus mengasihi kita.[4]
Ayat 12
 bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat   dan yang membunuh adiknya.  Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.
Rasul Yohanes member contoh mengenai ketiadaan saling mengasihi akan mengakibatkan permusuhan yang berakhir dengan pembunuhan. Kita pernah mendengar kisah mengenai Kain dan Habel anak-anak Adam dan Hawa. Nama Kain sangat dikenal oleh orang Israel, karena Kain telah membunuh Habel. Proses terjadinya peristiwa berdarah yang terjadi adalah bermula dari kasih yang hilah kemudian timbul iri hati dan berakhir dengan peristiwa gelap mata. Allah menerima korban Habel dan menolak korban Kain. Kain menjadi iri hati karena Allah menerima persembahan Habel dan menolak miliknya.[5]
Kain dan Habel adalah bersaudara namun berbeda dalam perilaku mereka. Kain tidak mengasihi Allah dan saudaranya, sedangkan Habel mengasihi Allah dengan member persembahan yang terbaik dan Habel tidak iri hati dengan saudaranya yang walaupun Kain tidak memberik yang terbaik kepada Allah. Perbedaan keduanya adalah dalam hal mengasihi.

Ayat 13
Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.
Dalam pelayanan-Nya, Yesus mengingatkan kembali bahwa sebelum duni membenci anak-anak Tuhan, dunia sudah lebih dahulu membenci-Nya (Yohanes 7:7; 15:18.) Dunia diidentikkan dengan hal-hal jahat. Dunia penuh dengan kejahatan sejak dosa masuk ke dalam dunia (1 Yohanes 2:16-17).

Ayat 14
Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Ayat ini berbicara tentang kehidupan baru setelah mati bagi dosa (2 Korintus 5:17). Sebagai bagian dari pola hidup baru, kita akan menunjukkan kasih yang sebenarnya terhadap sesame. Bagi seseorang yang tidak menunjukkan  kasih terhadap sesaama ialah orang yang masih hidup di dalam dosa dan menolah perintah Allah untuk saling mengasihi. Sebagai bagian dari kebiasaan pola hidup baru, kita akan menunjukkan  kasih yang benar kepada saudara-saudara kita.[6]

Ayat 15
Setiap orang yang membenci saudaranya,  adalah seorang pembunuh  manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Kain adalah pembunuh pertama yang disebut di dalam Alkitab. Tetapi dalam ayat ini disebut bahwa seseorang yang membenci saudaranya adalah pembunuh. Bagaimana bisa Yohanes mengatakan demikian. Kita dapat melihat Matius 5:21-22, Hal ini karena apa yang telah ajarkan oleh Yesus. Marah tanpa sebab berarti menghakimi perbedaan marah dan membunuh ialah membunuh mengambil tindakan yang lebih jauh. Kasih yang benar menolak untuk membenci dan memilih untuk mengampuni (Efesus 4:26-17) Orang Kristen seharusnya tidak member ruangan bagi kemarahan, kebencian dalam hatinya (Efesus 4:31-32). Kita harus mengampuni sebagaimana Kristus telah mengampuni kita.

Ayat 16
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Kasih yang sebenarnya menuntut pengorbanan (Yohanes 3:16). Bagaimana kita mengetahui seorang Kristen mengasihi saudaranya atau saudara mengasihi satu sama lain? Kita tahu ketika kita bersedia member hidup kita kepada satu sama lain. Adalah tidak mungkin jika kita katakana kita mengasihi tetapi tanpa pengorbanan.

Ayat 17
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan  tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
Nampaknya Yohanes sedang berkata, “Jangan mengatakan bahwa kamu akan member hidupmu, jika kamu tidak mau member dompetmu.”[7]Yohanes mengatakan jika seorang memiliki sesuatu untuk dibagikan tetapi tidak melakukannya, maka Allah tidak diam di dalam orang itu. Semua yang kita beri tidak harus materi. Pujian dan dorongan sangat bermanfaat bagi sesame kita. Apapun dapat kita lakukan untuk membantu saudara seiman kita.

Ayat 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
Adalah salah jika kita mengasihi dan berhenti sampai di sini. Orang melihat kasih kita yang sesungguhnya dari perbuatan baik kita. Yakobus mengingatkan kita juga agar mengasihi dengan perbuatan (Yakobus 2:16). Perlu kita ingat bahwa kasih itu harus berdasarkan kebenaran, bukan kasih yang menurut pandangan kita baik, Sebagaimana penulis Amsal mengatakan, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12).


Kesimpulan
Rasul Yohanes mengajak kita untuk mengaihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran. Kasih dapat kita tunjukan bagi sesame kita dengan member apa yang dapat kita berikan.



Daftar Pustaka

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta:LAI, 2007
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.Kamus Besar Bahasa Indonesia[CD ROOM]. Jakarata:Balai Pustaka, 2002
KJV Go Bible 2.2.6
http://www.krowtracts.com/tractTranslations/indonesian.html
Expositoryechoes.org/1john3-11-18.htm



[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia Elektronik
[2] http://www.krowtracts.com/tractTranslations/indonesian.html
[3] Expositoryechoes.org/1john3-11-18.htm
[4] Ibid
[5] Expositoryechoes.org/1john3-11-18.htm
[6] Expositoryechoes.org/1john3-11-18.htm
[7] Expositoryechoes.org/1john3-11-18.htm

Perumpamaan Tentang Anak Yang Hilang


Judul: Perumpamaan Tentang Anak Yang Hilang
Teks: Lukas 15:11-32

Prolog:
Shalom selamat malam saudara pendengar dimana pun Anda berada, bersama saya Ev. Anton; selama 30 menit ke depan kita akan mendengarkan renungan firman Tuhan mengenai perumpamaan tentang Anak Yang Hilang (Lukas 15:11-32). Mari kita mendengarkan isi dari perumpamaan tersebut, yang saya baca di dalam Alkitab terjemahan baru...
11Yesusberkatalagi:"Adaseorangmempunyaiduaanaklaki-laki.
12Katayangbungsukepadaayahnya:Bapa,berikanlahkepadakubagianhartamilikkitayangmenjadihakku.Laluayahnyamembagi-bagikanhartakekayaanitudiantaramereka.
13Beberapaharikemudiananakbungsuitumenjualseluruhbagiannyaitulalupergikenegeriyangjauh.Disanaiamemboroskanhartamiliknyaitudenganhidupberfoya-foya.
14Setelahdihabiskannyasemuanya,timbullahbencanakelaparandidalamnegeriitudaniapunmulaimelarat.
15Laluiapergidanbekerjapadaseorangmajikandinegeriitu.Orangitumenyuruhnyakeladanguntukmenjagababinya.
16Laluiainginmengisiperutnyadenganampasyangmenjadimakananbabiitu,tetapitidakseorangpunyangmemberikannyakepadanya.
17Laluiamenyadarikeadaannya,katanya:Betapabanyaknyaorangupahanbapakuyangberlimpah-limpahmakanannya,tetapiakudisinimatikelaparan.
18Akuakanbangkitdanpergikepadabapakudanberkatakepadanya:Bapa,akutelahberdosaterhadapsorgadanterhadapbapa,
19akutidaklayaklagidisebutkananakbapa;jadikanlahakusebagaisalahseorangupahanbapa.
20Makabangkitlahiadanpergikepadabapanya.Ketikaiamasihjauh,ayahnyatelahmelihatnya,lalutergeraklahhatinyaolehbelaskasihan.Ayahnyaituberlarimendapatkandialalumerangkuldanmenciumdia.
21Kataanakitukepadanya:Bapa,akutelahberdosaterhadapsorgadanterhadapbapa,akutidaklayaklagidisebutkananakbapa.
22Tetapiayahituberkatakepadahamba-hambanya:Lekaslahbawakemarijubahyangterbaik,pakaikanlahitukepadanyadankenakanlahcincinpadajarinyadansepatupadakakinya.
23Danambillahanaklembutambunitu,sembelihlahdiadanmarilahkitamakandanbersukacita.
24Sebabanakkuinitelahmatidanmenjadihidupkembali,iatelahhilangdandidapatkembali.Makamulailahmerekabersukaria.
25Tetapianaknyayangsulungberadadiladangdanketikaiapulangdandekatkerumah,iamendengarbunyiserulingdannyanyiantari-tarian.
26Laluiamemanggilsalahseoranghambadanbertanyakepadanyaapaartisemuanyaitu.
27Jawabhambaitu:Adikmutelahkembalidanayahmutelahmenyembelihanaklembutambun,karenaiamendapatnyakembalidengansehat.
28Makamarahlahanaksulungitudaniatidakmaumasuk.Laluayahnyakeluardanberbicaradengandia.
29Tetapiiamenjawabayahnya,katanya:Telahbertahun-tahunakumelayanibapadanbelumpernahakumelanggarperintahbapa,tetapikepadakubelumpernahbapamemberikanseekoranakkambinguntukbersukacitadengansahabat-sahabatku.
30Tetapibarusajadatanganakbapayangtelahmemboroskanhartakekayaanbapabersama-samadenganpelacur-pelacur,makabapamenyembelihanaklembutambunituuntukdia.
31Kataayahnyakepadanya:Anakku,engkauselalubersama-samadenganaku,dansegalakepunyaankuadalahkepunyaanmu.
32Kitapatutbersukacitadanbergembirakarenaadikmutelahmatidanmenjadihidupkembali,iatelahhilangdandidapatkembali."

Renungan:
Yesusmemulaiperumpamaandengankisahseorangayahyangmemilikiduaanaklaki-laki(anaksulungdanbungsu).
A. ANAK BUNGSU MEMINTA HARTA WARISAN YANG MENJADI HAKNYA (15:11-13)
Pelajaran:
Anak bungsu ini menggambarkan orang berdosa.
1)   Dosa anak bungsu.
a)   Minta bagian harta / warisan selagi ayahnya masih hidup (ay 12).
Hukum Yahudi mengharuskan orang tua mewariskan kekayaannya kepada anak-anaknya. Anak sulung selalu mendapat dua bagian / dua kali lipat dari anak-anak yang lain. Jadi, dalam kasus ini, karena bapa itu mempunyai dua anak, maka anak sulung mendapat 2/3 bagian, sedang anak bungsu mendapat 1/3 bagian. Jadi, ia memang seharusnya mempunyai bagian warisan, tetapi hal yang tidak baik dari anak bungsu itu adalah bahwa ia memintanya selagi ayahnya masih hidup.
b)   Setelah ayahnya menuruti permintaannya, anak bungsu itu menjual segala miliknya / warisannya, lalu pergi meninggalkan ayahnya ke negeri yang jauh, dan berfoya-foya (menghambur2kan hartanya) . Inti dari keinginannya adalah bahwa ia tidak mau hidup dikuasai / diatur ayahnya. Ia ingin bebas, sehingga bisa berfoya-foya dan mencari kesenangan sesuka hatinya.
Penerapan:
Apakah kita juga tidak ingin dikuasai / diatur oleh Allah?

B. AKIBAT PEMBOROSAN (15:14-16)
Akibat dosa anak bungsu (ay 14-16).
a)     Ia menghabiskan harta miliknya.
b)     Pada waktu ada bencana kelaparan, ia menjadi melarat / miskin. Tidak bisa membeli makanan.
c)      Ia terpaksa menjadi penjaga babi.
Perlu diingat bahwa babi adalah binatang haram bagi orang Yahudi, sehingga ini jelas adalah pekerjaan yang hina.
d)     Pada waktu ia lapar dan ingin mengisi perutnya dengan makanan babi, tidak seorangpun mau memberikannya kepadanya.
Dosa memang mula-mula menawarkan / menjanjikan dan bahkan memberikan kesenangan, tetapi pada akhirnya pasti membawa penderitaan dan kehinaan.

Penderitaan dan kehinaan akibat dosa itu bisa terjadi dalam dunia ini, misalnya:
Orang mencuri lalu masuk penjara.
        orang yang mempunyai PIL / WIL lalu keluarganya berantakan.
        orang yang mengkonsumsi obat terlarang, lalu kecanduan, sehingga menghabiskan uangnya,  dsb.

Pertobatan anak bungsu (ay 17-21).
a)   Ia merenung (ay 17), dan lalu sadar akan dosanya (ay 18-19).
Untuk bisa bertobat dari dosa, kita perlu menggunakan pikiran. Keduniawian dan dosa sering membuat kita ‘lupa diri’.
b)  Kemudian ia mengambil keputusan (ay 18-19).
Tidak ada gunanya kita sadar dosa, kalau kita tidak mau mengambil keputusan untuk meninggalkan dosa itu dan kembali kepada Tuhan!
c)  Selanjutnya ia melakukan keputusannya, dan kembali kepada bapanya (ay 20).
Ia melakukan keputusannya. Ada tindakan yang harus dilakukan. Kitab Suci jelas mengatakan bahwa kalau kita adalah orang berdosa yang mau kembali kepada Tuhan, kita harus datang kepada Yesus, yang adalah satu-satunya Penebus, Pengantara, dan jalan kepada Bapa (Yoh 14:6 1Tim 2:5).
d)   Pada akhirnya ia mengakui dosanya (ay 21).
Ia tidak mencari kambing hitam, seperti Adam yang menyalahkan Hawa, dan Hawa yang menyalahkan ular (Kej 3:12-13). Sebaliknya ia mengakui bahwa dirinya telah berdosa.
Maz 51:19 - “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.

C. BAPANYA MASIH MENERIMANYA KEMBALI (15:21-24)
Penekanan utama dari perumpamaan ini adalah untuk menunjukkan sikap Allah kepada orang berdosa yang bertobat. Karena itu mari kita sekarang menyoroti sikap bapa ini.
1)   Bapa ini menunggu-nunggu.
Dari mana kita bisa melihat hal itu? Dari ay 20 yang mengatakan: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya. ... Ayahnya itu berlari mendapatkan dia”.
Tidak jarang orang tua marah karena kelakuan anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan membenci anaknya, tetapi bapa dalam perumpamaan ini tidaklah demikian. Bahkan mungkin sekali sejak kepergian anak bungsunya itu, bapa ini sering melihat ke arah jalanan, sambil mengharap kembalinya anak bungsunya ini. Karena itu pada waktu anak bungsu itu masih jauh, bapa itu telah melihatnya, dan lalu lari mendapatkannya.
Ingatlah bahwa Bapa yang mencintai kita itu menunggu-nunggu kedatangan / pertobatan kita! Ia ingin kita datang / kembali kepada Dia. Maukah kita mengecewakan Dia, atau maukah kita datang / kembali kepada Dia?
2)   Bapa ini tergerak oleh belas kasihan (ay 20a).
Ia melihat keadaan anaknya, yang mungkin sekali kurus, kotor, berpakaian compang camping, dan hatinya tergerak oleh belas kasihan. Kita bersyukur karena Allah itu mempunyai belas kasihan kepada manusia berdosa. Ini menyebabkan Ia memberikan kasih karunia, yaitu hal baik yang sama sekali tidak layak kita dapatkan, kepada kita yang adalah manusia berdosa. Maz 103:8-9 - “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.

3)   Bapa itu lari mendapatkan anaknya, merangkul dan mencium dia (ay 20b).
a)   Lari. Ia tidak berjalan perlahan-lahan atau menunggu anaknya yang datang kepadanya, tetapi ia lari kepada anaknya. Ini menunjukkan kerinduan yang luar biasa kepada anaknya.
b)     Merangkul dan mencium anaknya.
        padahal anaknya mungkin sekali berbau babi.
        kata Yunani yang diterjemahkan ‘mencium’mencium dengan keras / sunguh-sungguh).  Jadi bapa itu tidak mencium asal-asalan, tetapi mencium dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang penuh kasih.
Dari semua ini jelas terlihat bahwa bapa itu:
a.   Tidak jual mahal dalam menerima anaknya kembali.
b.   Tidak memberikan persyaratan-persyaratan lebih dahulu sebelum menerima kembali anaknya.
c.   Melainkan ia menerima kembali anaknya dengan tangan terbuka, padahal anaknya ragu-ragu apakah bapanya mau menerimanya kembali atau tidak (ia minta diterima sebagai hamba, karena merasa tidak layak menjadi anak - ay 19,21).

Penerapan:
Kalau kita ragu-ragu apakah Allah mau menerima kita atau tidak, maka sadarilah bahwa semua keraguan itu datang dari Si Jahat (Iblis)! Allah pasti mau menerima semua orang yang bertobat / datang kepadaNya melalui Kristus!

Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

4)   Bapa itu tidak lagi mengingat-ingat dosa anak bungsu itu.
Dalam ay 21 anak bungsu itu mengakui dosa, tetapi jawaban bapa dalam ay 22 sama sekali tidak menyinggung-nyinggung dosa anak bungsu itu. Di sinilah terletak keindahan kasih Allah! Kalau kita manusia mengampuni seseorang, kita masih mengingat kesalahan orang itu. Tetapi kalau Bapa mengampuni kesalahan kita, Ia tidak mengingat-ingatnya lagi!
Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.

5)   Bapa itu menerima anak bungsu itu sebagai anak.
Ini terlihat dari:
a)   Dalam ay 18b-19 anak itu merencanakan untuk berkata: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, tetapi dalam ay 21 ia baru mengucapkan “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Sebelum ia mengucapkan kata-kata“jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”, bapanya sudah memotong kata-katanya! Bapanya tidak mau mendengarkan kata-kata yang berhubungan dengan ketidaklayakan anak itu menjadi anak! Mengapa? Jelas karena ia mau menerimanya sebagai anak!
Bdk. Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.
b)   Bapa itu memerintahkan supaya anak itu diberi jubah, cincin dan sepatu (ay 22).
1.      Bapa itu menyuruh memberi jubah yang adalah tanda kehormatan (Ester 6:8-9).
2.      Bapa itu menyuruh memberi cincin, yang merupakan pemberian otoritas (Ester 3:10 8:2).
3.      Bapa itu menyuruh memberi sepatu. Perlu diketahui bahwa seorang hamba selalu telanjang kaki!
Semua pemberian ini menunjukkan secara jelas bahwa Bapa itu menerima anak itu sebagai anak!
6)   Bapa itu mengadakan pesta (ay 23-24 bdk. Luk 15:7,10).
Kalau kita adalah orang berdosa yang belum pernah datang kepada Kristus, datanglah sekarang juga kepada Bapa melalui Yesus Kristus yang adalah satu-satunya Penebus, Juruselamat dan Pengantara antara Allah dan manusia! Dia pasti menerima kita!
Kalau kita adalah orang kristen yang sudah menjauh dari Tuhan, bertobatlah dan kembalilah kepadaNya. Ia pasti mau menerima kita!

D. ANAK SULUNG TIDAK SENANG ADIKNYA KEMBALI (Ay 26-30)
Cerita / perumpamaan ini belum selesai. Ada anak sulung yang belum dibahas. Apa yang terjadi dengan anak sulung pada waktu ia tahu bahwa bapanya mengadakan pesta untuk menyambut adiknya yang kembali?
1)   Ia menjadi marah dan tidak mau ikut pesta (ay 28).
Anak sulung ini merupakan gambaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut melihat para pemungut cukai dan orang berdosa datang kepada Yesus dan mendengarkan Dia (ay 1-2). Ingat bahwa untuk menangani orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat inilah Yesus lalu memberikan 3 perumpamaan berturut-turut dalam Luk 15:3-32 ini.
Penerapan:
Apakah kita adalah orang kristen seperti itu? Kalau ada seorang pelacur bertobat dan datang kepada Tuhan, apakah kita senang atau jengkel? 

2)   Ia iri hati (ay 29-30).
Anak sulung berkata: untuk anak bungsu bapanya menyembelih anak lembu tambun, sedangkan untuknya bapanya tidak pernah menyembelih seekor anak kambing sekalipun. Adalah biasa orang merasa dirinya tidak diberkati pada waktu iri hati melihat orang lain diberkati!
3)   Ia meninggikan dirinya sendiri dan menjelek-jelekkan adiknya (ay 29-30). Tindakan seperti ini memang ciri khas orang Farisi (bdk. Luk 18:11-12).
a)   Ia meninggikan dirinya sendiri (ay 29).
        Ia mengaku bertahun-tahun melayani bapanya (ay 29a).
Jadi anak sulung ini tidak melayani dengan kasih / sukacita, karena ia melayani sebagai budak / hamba!
        Ia mengaku tidak pernah melanggar perintah bapanya (ay 29b).
Orang yang bersifat orang yang merasa diri sendiri benar selalu berpikir demikian (Luk 18:11-12 Luk 18:21).
b)   Ia menjelek-jelekkan adiknya (ay 30).
        ia berkata bahwa adiknya ‘memboroskan harta kekayaan bapa’, padahal adiknya memboroskan kekayaannya sendiri.
        ‘bersama-sama dengan pelacur-pelacur’.
Sekalipun ini mungkin saja benar, tetapi juga belum tentu benar. Dari mana ia tahu bahwa adiknya melakukan itu?
4)   Ia tidak mengakui adiknya sebagai saudara / adik (ay 30).
Dalam ay 30 ia menyebut adiknya bukan dengan sebutan ‘saudaraku’ atau ‘adikku’ tetapi ‘anak bapa’!

D. Bapanya memberi pengertian kepada anak sulungnya (15:31-32)
Pertobatan membawa manusia kepada keselamatan, karena Allah menerima setiap manusia yang sungguh-sungguh bertobat dan datang kepada-Nya. Allah senantiasa menunggu anaknya untuk bertobat dan kembali kerumahnya. Seharusnya kita bersukacita ketika ada saudara kita bertobat dan kembali kepada Bapa. Sikap tidak bersukacita menunjukkan bahwa kita tidak bisa menerima saudara kita sendiri dan menolak kasih Allah. Anak sulung itu senantiasa memiliki relasi erat dengan bapa. Ia tetaplah pewaris utama. Seseorang yang relasinya dekat dengan Bapa, tak selayaknya menyimpan rasa iri, dengki, dan tak memiliki hati yang penuh kasih. Ia seharusnya meniru perilaku Bapanya yang maha pengampun dan ikut bersukacita atas kebahagiaan bapanya.

Epilog:
Bapak ibu yg dikasihi Tuhan pada malam ini kita sudah mendengarkan perumpamaantentang Anak yg Hilang. Semoga pelajaran melalui perumpamaan ini dapat mendorong kita utk lebih dekat kepada Tuhan. Amin
. Tuhan memberkati.