Trinitas
Oleh Alex Daniel
Satu Allah Dalam Tiga Pribadi
Dari awal sampai akhir dalam Kitab Suci, Allah menyatakan diriNya sebagai satu-satunya Allah yang benar, selain Dia tidak ada yang lain (Ulangan 6:5; Yesaya 43:10; Yakobus 2:19). Yesus adalah seorang monotheis yang ketat, sebagaimana semua orang Yahudi yang setia sejak dari Abraham. Tetapi Yesus mengakui suatu kesatuan yang unik dengan Sang Bapa (Yohanes 14:8-11; 17:3-5, 20-23) – Sebuah pengakuan yang dapat dianggap penghujatan jika pengakuan itu tidak benar (Matius 26:63-65). Sebelum meninggalkan bumi, Yesus juga berjanji akan datang kembali dalam Roh, melaluiNya orang-orang percaya dapat menikmati persekutuan yang erat dengan Yesus dan Bapa (Yohanes 14:16-23).
Sepanjang Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi mengenal Allah yang Esa, yang kadang-kadang menyatakan diri kepada mereka sebagai Bapa. Ketika Yesus datang, para pengikutNya melihat kasih karunia dan kemuliaan Allah ada di dalam Yesus juga, dan mereka mengakui bahwa dalam cara yang dapat dijelaskan, Allah telah datang di antara manusia dalam diri Yesus orang Nazaret ini. Setelah Pentakosta, orang-orang percaya mengalami kehadiran Allah tetapi dalam cara yang lain, ajaib, melalui Roh, Allah tinggal di dalam setiap orang Kristen laki-laki dan perempuan dan juga di dalam komunitas jemaat secara keseluruhan.
Bagaimanakah seseorang dapat berbicara tentang Allah yang demikian? Baik di dalam Perjanjian Baru maupun sepanjang sejarah gereja, orang berbicara tentang Allah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:19; 2 Korintus 13:14; Efesus 4:4-6; Wahyu 1:4-5). Ini semata-mata adalah kebenaran dari pengalaman gereja terlepas dari apakah seseorang itu menggunakan kata “Trinitas” atau tidak. Sederajat dan Ilahi? Pasti! Satu dengan Yang Lain? Lagi-lagi Ya! Betapa menyenangkan! Seperti apakah Allah itu? Lihat kepada Yesus, maka Anda akan tahu. Dan siapakah Roh Kudus itu? Dia adalah Roh yang dikirim oleh Yesus yang bangkit, yang mengungkapkan Allah Sang Bapa (Roma 8:9; Filipi 1:19; 1 Petrus 1:11; Yohanes 15:21. Dengan itu kita bisa beristirahat dengan puas, karena kebenaran telah diungkapkan ke hati kita bahkan sementara pikiran kita mengaku dan merenungkan misteri itu semua.
Trinitas Sebuah Misteri
Saya belum pernah bertemu dengan orang yang dapat menjelaskan hakikat (nature) Allah, apakah dia trinitarian atau non trinitarian. Kita berbicara tentang Allah yang berdiam di dalam terang yang tak terhampiri (1 Timotius 6:16), yang jalan dan pikiranNya jauh lebih tinggi daripada kita (Yesaya 55:9), yang belum pernah dilihat oleh manusia biasa (Yohanes 1:18). Tidak seperti para filsuf kuno maupun modern, kita tidak perlu mencoba untuk memahami Allah melalui pengamatan manusia dan logika, sebab Yesus Putra tunggal Allah telah menyatakannya (Yohanes 1:18). Siapapun yang mencari dengan sungguh-sungguh akan menemukan Allah dan berseru kepadaNya – bukan melalui kecakapan intelektual tetapi melalui kerendahan hati dan pertobatan (Yesaya 55:6-7; 69:1-2).
Apa yang penting menurut saya adalah bahwa kita siap untuk mengakui semua penegasan Kitab Suci tentang Allah dan tentang Yesus dari Nazaret yang diakui sebagai Putra Allah yang unik dan para rasul yang bersaksi bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Roma 1:4). Ini termasuk kesaksian Alkitab bahwa Yesus adalah inkarnasi (penjelmaan) dari Firman Ilahi (Yohanes 1:1-3, 14), bahwa Dia aktif dalam penciptaan (Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 1:2), bahwa Allah adalah BapaNya dalam cara yang unik, dan bahwa Allah mengutusNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16-17), bahwa Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Markus 2:5-10), bahwa segenap kepenuhan ke-Allahan berdiam secara jasmaniah di dalam Dia (Kolose 2:9), dan bahwa Dia kembali ke kemuliaan surgawi yang dalam arti tertentu, Dia berbagi dengan Bapa sebelum dunia dijadikan (Yohanes 17:5).
Trinitas dan Keselamatan
Seseorang bertanya apakah penting untuk mengucapkan bahwa Allah adalah tritunggal, satu Allah dalam tiga pribadi agar selamat? Jelas tidak, karena Kitab Suci Perjanjian Baru tidak pernah menggunakan kata “trinitas” atau ekspresi “tiga pribadi”. Namun Kitab Suci memang banyak mengatakan mengenai sifat dan identitas Yesus Kristus yang adalah Firman Ilahi yang menjadi manusia (daging). Kitab suci juga berbicara tentang Roh Kudus dalam pengertian Pribadi. Apapun yang dengan jelas ditegaskan oleh Kitab Suci tentang apa yang disebut secara tradisional oleh orang Kristen tentang doktrin “tritunggal”, kita juga harus bersedia untuk menegaskannya. Tetapi Allah tidak mengharuskan kita untuk merangkul atau menggunakan bahasa yang tidak diilhami dalam usaha untuk menjelaskan hakikat keIlahian, betapapun bahasa itu masuk akal kelihatannya atau seberapa lama telah digunakan oleh mayoritas dari mereka yang menyebut diri Kristen.
Jangan salah – saya adalah seorang yang percaya kepada trinitas, sebagaimana saya memahami istilah itu dan mencoba mengajak orang lain untuk memercayainya juga. Saya menyanyi, memuji, menyembah dan berdoa kepada “Allah dalam tiga pribadi” – walaupun saya dengan cepat mengaku bahwa saya sangat sedikit mengerti apa arti kata itu sesungguhnya. Tetapi saya tidak siap untuk mengangkat pedang rohani melawan laki-laki yang saleh dan perempuan yang beriman yang juga tidak sepenuhnya memahami hal ini, dan yang mungkin kurang siap daripada saya untuk menggunakan bahasa non Alkitabiah dalam menggambarkan bagian yang mereka pahami.
Hakikat yang tepat dari Allah terletak di luar lingkup wahyu Ilahi dan diluar kemampuan kita untuk sepenuhnya memahaminya. Ketika kita mendiskusikan topik yang demikian dalam dan rumit, baiklah kita lakukan sebaik-baiknya dengan nada yang terukur dan dengan kerendahan hati yang jelas. Keselamatan tidak datang dengan menjelaskan Allah, tetapi dengan percaya dan taat kepada-Nya. Dia tidak memanggil kita untuk menganalisis diri-Nya dalam sifatNya yang transenden, tetapi untuk percaya, mengasihi, dan menaati-Nya sebagaimana Dia telah menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus.
0 komentar:
Posting Komentar