TANGISAN YESUS ATAS YERUSALEM
(ORANG YAHUDI)
(Lukas 19:37-44)
Oleh Harun Tamale
Kita menemukan Yesus menangis dalam dua peristiwa: pertama, saat penyambutan Yesus ketika masuk ke Yerusalem (Lukas 19:28-44); kedua, ketika kematian Lazarus (Yohanes 11:33-38), dengan dua alasan, yaitu (a) simpati dan empati terhadap Marta dan Maria yang berdukacita sangat mendalam (ayat 33-35), dan (b) sedih atas sikap bermusuhan sebagian orang Yahudi (ayat 36-38; 48). Dari dua peristiwa ini yang akan menjadi sorotan dalam artikel ini adalah tangisan Yesus atas Yerusalem.
Kita akan memulainya dengan kota Yerusalem. Kota ini adalah kota bersejarah, yang pertama kali muncul dalam sejarah Alkitab sejak awal milenium kedua (abad 19 Seb.M), bersamaan dengan masuknya Abraham ke tanah Kanaan (Kejadian 14). Mulai saat itu, Yerusalem sering dibicarakan dalam Alkitab. Yerusalem berarti “dasar kedamaian”. Dalam sejarah Alkitab, kita menemukan masa-masa kedamaian di Yerusalem, di antaranya pada zaman pemerintahan Melkisedek, Daud dan Salomo yang begitu menonjol.
Menurut sebuah sumber bahwa selama pemerintahan Herodes Agung, kota ini banyak diperindah dengan pendirian menara-menara, tembok-tembok, dan kubu-kubu pertahanan. Kota ini menjadi primadona yang punya daya tarik dan sekaligus metropolitan di Palestina. Bahkan Yerusalem dijadikan sebagai simbol gereja (Wahyu 21:9-22:5). Tetapi dalam beberapa peristiwa yang dicatat baik dalam Alkitab maupun sejarah dunia, kota ini menjadi medan pertempuran antar sejumlah bangsa dan sejumlah konflik internal bangsa Israel. Banyak peristiwa sejarah dari kota Yerusalem yang menarik untuk dibicarakan, namun kali ini kita akan mempersempit fokus kita pada keadaan Yerusalem di zaman Yesus saja dan sejarah setelahnya yang berhubungan dengan nubuatan Yesus tentang kota ini di dalam Lukas 19:28-44 dan 3 Injil sinopsis lainnya (Matius, Markus, dan Yohanes).
Baiklah, kita ingin segera mengetahui mengapa Yesus menangisi kota Yerusalem. Anda bisa saja memiliki sejumlah alasannya, namun Anda akan setuju dengan tiga alasan yang akan saya berikan dari Lukas 19:37-44) berikut ini.
Pertama, kekecewaan Yesus atas sikap orang-orang Yahudi yang tidak mau bertobat untuk mendapatkan keselamatan (kedamaian) jiwa mereka (ayat 37-42). Pada waktu Yesus masuk ke Yerusalem kali ini sekaligus sebagai kegenapan dari Nubuatan nabi Zakharia (Zak.9:9). Murid-murid sangat gembira menyambut kedatangan Yesus mengendarai keledai (simbol kedamaian) dan atas segala mukjizat yang dilakukan Allah melalui Yesus (ayat 37), yang akan memerintah sebagai “raja” (duniawi) dan akan menaklukkan musuh-musuh mereka (ayat 38). Orang Farisi sebelumnya telah bertanya kapan kerajaan-Nya (kerajaan dunia menurut mereka) akan datang (Lukas 17:20). Bahkan murid-murid-Nyapun bertanya siapa nanti yang terbesar di dalam kerajaan-Nya itu (Lukas 22:24-30).
Perhatikan ayat 42, kata Yesus: "…Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Sejumlah contoh gambaran sikap orang Yahudi (Farisi) adalah menggunakan bait Allah sebagai tempat perdagangan dan juga keinginan untuk membinasakan Yesus (ayat 45-48), dan banyak lagi perbuatan-perbuatan orang Farisi yang dikecam Yesus seperti dalam Matius 23. Sejarah mencatat bahwa kejahatan semakin meraja lela di Yerusalem; perampokan, aniaya, pembunuhan, orang yang datang beribadah di bait suci diserang, bait suci dikotori dengan darah orang-orang yang telah dibunuh, dan parahnya lagi, mereka berpikir bahwa karena Yerusalem adalah kota Allah, maka Allah akan melindunginya dari kehancuran. Mereka menyuap nabi-nabi palsu untuk mengumumkan agar orang-orang menunggu kelepasan dari Allah, walaupun saat itu tentara Roma sedang mengepung kota itu.
Jika kita lihat implikasinya juga disini bahwa Allah pun sedih atas keadaan gereja-gerejaNya yang memiliki sikap yang sama dengan orang-orang Yahudi. Kita tidak bisa berpikir bahwa oleh karena kita orang Kristen, maka kita punya jaminan keselamatan walaupun kehidupan kita tidak berkenan kepada Allah. Mari kita membandingkan keadaan hidup kita dengan orang-orang Yahudi ini, dan jika berbeda maka Allah senang, tetapi jika sama maka Allah sedih.
Kedua, kesedihan Yesus atas malapetaka besar yang akan menimpa orang Yahudi (ayat 43-44). Kita perhatikan bunyi ayat 43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu (tentara Roma) akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan (ayat 43), dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau (menghukum mereka)" (ayat 44). Kedua ayat ini paralel dengan Lukas 21, Matius 24 dan Markus 13 – tentang kehancuran kota Yerusalem.
Dalam catatan sejarah dikatakan bahwa selama 7 tahun seseorang terus menerus menelusuri jalan-jalan kota Yerusalem sambil menyatakan malapetaka yang akan menimpa kota ini dengan sebuah nyanyian ratapan kesedihan. Sebagaimana dinubuatkan Yesus dalam Lukas 21:20 “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat,” bahwa pengepungan kota Yerusalem oleh tentara Roma yang dipimpin Jendral Cestius tanpa diduga batal, dan ini nampaknya sebagai providensia Allah bagi orang-orang Kristen untuk memiliki kesempatan mengungsi ke kota Pella, di tanah Perea, di sebelah timur Yordan. Dilaporkan bahwa tidak seorangpun di antara orang Kristen yang tewas pada peristiwa kehancuran kota Yerusalem tahun 70 Masehi, karena semuanya telah keluar dari Yerusalem ke kota Pella.
Ketika Jendral Cestius dan pasukannya mundur, maka tentara Yahudi mengejar dan berhasil mengalahkannya, namun keberhasilan mereka ini dinilai sebagai kejahatan oleh Romawi, dan ini merupakan pertanda malapetaka besar segera menimpa kota Yerusalem. Bencana besar dan mengerikan menimpa kota ini pada waktu pengepungan kembali oleh tentara Roma di bawah pimpinan Jendral Titus. Mereka mendatangkan terror kepada orang-orang Yahudi di kota Yerusalem. Ditambah lagi sikap keras kepala para pemimpin Yahudi dan kekejian yang meraja lela di dalam kota yang terkepung ini menimbulkan kemarahan tentara Roma, yang membuat Titus untuk menghancurkan Yerusalem, termasuk bait suci, walaupun sebelumnya Titus tidak berniat menghancurkan bait Allah yang megah itu. Para tentara Roma melemparkan obor-obor mereka ke dalam ruang-ruang bait Allah yang dilapisi kayu aras, dan segera membakarnya hingga atapnya yang juga terbuat dari kayu aras, dan akhirnya runtuhlah bait Allah rata sampai ke tanah. Setelah keruntuhan bait Allah, maka seluruh kota itu jatuh ke tangan Roma. Kubu-kubu pertahanan tentara Yahudi berhasil dilumpuhkan oleh tentara Roma yang semakin ganas dan beringas.
Sebagaimana Yerusalem, termasuk bait Allah yang dibanggakan oleh orang Yahudi telah dihancurkan oleh tentara Roma, sebagai tanda berakhirnya sistem yudaisme, maka kebanggaan-kebanggaan duniawi tidak dapat bertahan. Pengorbanan besar akan hal-hal duniawi tidak menyenangkan Allah.
Ketiga, Kesedihan Yesus atas hilangnya nanti jiwa-jiwa yang tak ternilai harganya sebagai akibat dari dosa-dosa yang belum atau tidak memperoleh pengampunan (ayat 44). Kita garis bawahi “…dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu…” Tentang hal ini dihubungkan dengan catatan sejarah bahwa pengepungan kembali kota Yerusalem oleh tentara Roma di bawah pimpinan Jendral Titus tepat pada Hari Raya Paskah, yang pada waktu itu berjuta-juta orang Yahudi berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Paskah, dan mereka tidak bisa keluar lagi.
Akibat dari situasi ini, gudang-gudang penyimpanan bahan makanan yang sebagian sebagai hasil rampasan tentara Yahudi dari tentara Roma di bawah pimpinan Cestius, tidak dapat menyuplai kebutuhan makan bagi orang-orang Yahudi untuk bertahun-tahun lamanya, sehingga terjadi kelaparan yang hebat. Kondisi ini mengakibatkan inflasi yang tinggi: gandum sesukat seharga satu talenta; ikat pinggang kulit, sandal kulit, dan penutup perisai dari kulit menjadi pengisi perut; dengan nekat keluar sembunyi-sembunyi di luar tembok kota untuk mengumpulkan tanaman-tanaman liar, yang berakibat pada penangkapan dan penyiksaan secara kejam penduduk Yerusalem oleh tentara Roma, dan jika bisa lolos, mereka harus menghadapi perampok, yang tidak berkeprimanusiaan.
Tambahan pula, beribu-ribu orang binasa karena kelaparan dan wabah penyakit. Suami dan istri saling rampok, makanan yang dimulut orang lanjut usia dirampas, bahkan para ibu tak segan2 merebus anak-anak mereka sendiri untuk dimakan demi bertahan hidup. Setiap hari ratusan orang dicambuk, disiksa, dan dibunuh di seluruh lembah Yosafat. Golgota penuh dengan salib2 untuk menggantung orang-orang Yahudi yang menentang. Ini adalah kutuk yang pernah diucapkan oleh mereka di depan kursi pengadilan Pilatus (Matius 27:25). Jutaan orang (kira-kira 1.100.000) yang dibantai oleh tentara Roma, yang masih hidup dibawa sebagai tawanan, dijual sebagai budak (79.000 orang), digiring ke Roma untuk dilemparkan ke binatang buas di amfiteater atau dicerai-beraikan sebagai musafir tuna wisma di seluruh dunia. Yerusalem hancur total, bahkan menurut laporan bahwa kemungkinan keturunan Herodes juga musnah bersama mereka pada tahun 70 Masehi sebagai puncak kehancuran kota Yarusalem.
Oh betapa malangnya jiwa-jiwa yang diciptakan Allah itu akhirnya hilang, dan itu sangat menyedihkan hati Allah! Baiklah kita ingat 2 Petrus 3:9 dan juga Matius 16:26, dan kemudian bertanya “Bagaimana dengan jiwa saya saat ini, apakah saya dapat menjaminnya untuk selamat? Itu ditentukan oleh kesetiaan saya dan Anda setiap saat!
Tangisan Yesus sarat makna, dan hendaknya menjadi perhatian dan renungan kita saat ini, karena keadaan kita saat ini bisa saja serupa dengan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, dan jika kita tidak cepat memperbaikinya, maka cepat atau lambat kita akan menerima konsekuensi yang setimpal dengan perbuatan atau keadaan kita yang tidak berkenan kepada Allah. Jangan pernah meremehkan peringatan Tuhan sebagaimana ditujukan kepada orang-orang Yahudi ini, karena secara implisit peringatan ini juga berlaku kepada kita saat ini, bahkan kepada generasi berikutnya hingga akhir zaman nanti.
0 komentar:
Posting Komentar